Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Makin Terpuruk, Ini Strategi Menkeu Sri Mulyani

Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah menegaskan akan terus meningkatkan kewaspadaan dan mengambil langkah-langkah strategis untuk menjaga perekonomian Tanah Air agar dapat menyesuaikan dengan situasi saat ini sebagai imbas sentimen global.
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kiri) bersama Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro (kanan) mengikuti rapat terbatas terkait strategi kebijakan memperkuat cadangan devisa di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (14/8)./Antara
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kiri) bersama Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro (kanan) mengikuti rapat terbatas terkait strategi kebijakan memperkuat cadangan devisa di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (14/8)./Antara

Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah menegaskan akan terus meningkatkan kewaspadaan dan mengambil langkah-langkah strategis untuk menjaga perekonomian Tanah Air agar dapat menyesuaikan dengan situasi saat ini sebagai imbas sentimen global.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan bahwa langkah paling dekat yang diambil pemerintah adalah menerbitkan PMK dalam rangka mengatur impor barang konsumsi.

Pasalnya, kenaikan dari impor barang konsumsi terutama pada Juli dan Agustus, meningkat tinggi hingga 50% lebih pertumbuhannya.

"Kita akan mengeluarkan PMK besok [Rabu/5 September 2018] pagi yang mendetailkan sekitar 900 hs code dari bahan bahan komoditas impor barang konsumsi, yang utama, yang nilai tambahnya tidak begitu besar namun dia menggerus devisa kita," tegasnya usai Sidang Paripurna Tanggapan Fraksi RAPBN 2019 di DPR RI, Selasa (4/9/2018).

Selain itu, pihaknya juga akan terus menjaga agar kebutuhan devisa di dalam negeri tetap bisa dipenuhi sehingga sektor usaha yang masih membutuhkan, terutama barang barang baku dan barang modal tertentu.

"Kita juga akan menyeleksi proyek-proyek yang akan disampaikan oleh menteri terkait, apa-apa saja yang bisa ditunda, yang belum melakukan financial closing, sehingga permintaan terhadap devisa juga bisa dikendalikan," ujarnya.

Pada sisi ekspor, lanjut dia, pemerintah juga akan terus mendorong peningkatan ekspor. Karena walaupun ekspor Indonesia tumbuh, tetapi pertumbuhan ekspor masih lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan impornya.

"Oleh karena itu selain kita kendalikan impor kita juga harus mendorong ekspor, untuk itu kita akan pakai instrumen fiskal seperti kita berikan insentif, kita berikan pelayanan kemudahan bea cukai, kita juga akan memberikan kemudahan termasuk pembiayaan melalui institusi seperti LPEI," terangnya.

Namun demikian, kata Sri Mulyani, dalam suasana gejolak global seperti ini, di mana setiap hari selalu akan ada perkembangan berita yang berasal dari perkembangan perekonomian negara lain, dan itu selalu pengaruhnya kepada sentimen di dalam negeri.

"Maka, meskipun kita juga sudah melakukan langkah langkah tersebut, kita tetap akan waspada," ujarnya.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut menegaskan bahwa pemerintah memastikan akan terus menjaga faktor fundamental yang ada tersebut agar semakin baik sehingga tidak menjadi faktor yang menciptakan sentimen negatif.

Sementara itu, apabila yang sifatnya pergerakan oleh para fund manager karena mereka melakukan rebalancing dari portofolio mereka akibat kenaikan suku bunga Amerika, akibat adanya profitabilitas, akibat adanya krisis di negara negara emerging, maka yang akan dilakukan adalah dengan menyampaikan bahwa Indonesia memiliki struktur ekonomi yang berbeda dengan emerging country yang lain.

"Kita akan terus sampaikan kalau Indonesia berbeda, baik dari segi fiskalnya kita lebih hati-hati, di mana defisit kita sekarang di desain di bawah 2%, primary balance kita mendekati nol, dan kita juga melakukan kebijakan untuk mengoreksi neraca pembayaran kita agar dia tidak menjadi faktor negatif, maka kita berharap bahwa dengan kehati-hatian ini Indonesia akan dibedakan dari emerging country lain yang fundamentalnya lebih rapuh," ujarnya.

Dengan demikian, lanjutnya, mereka tetap akan bisa menjaga, baik dari sisi kebutuhan, dari sisi pengelolaan fiskal maupun dari sisi pengelolaan ekonomi neraca pembayaran sektor riil.

Kemudian, lanjut Sri Mulyani, apabila faktornya adalah sentimen atau yang bahkan sentimen itu ditunggangi dengan spekulasi oleh pihak pihak yang memanfaatkan kesempatan untuk mengambil keuntungan untuk dirinya sendiri, maka Kemenkeu bersama OJK dan BI akan mengambil langkah untuk memonitor secara sangat detail dan tegas dari pelaku pelaku tersebut.

Menurutnya, hal tersebut adalah tindakan yang biasa dilakukan untuk bisa membedakan para pelaku ekonomi yang genuine, atau yang memang betul-betul bekerja keras untuk menjaga perekonomian dan perusahaanya dan menjaga kegiatan ekonomi agar tetap bisa bertahan di tengah goncangan global, ataukah mereka yang mencoba mencari keuntungan sendiri.

"Ini adalah suatu hal yang biasa kita lakukan pada saat situasi kewaspadaan seperti ini. Soal sanksi nanti kita lihat," ujarnya.

Komunikasi dengan Pengusaha

Sementara itu, pihaknya juga akan terus meningkatkan komunikasi dengan para pelaku usaha, seperti yang telah selama ini lakukan.

"Kebutuhan mereka apa dan apa-apa saja yang perlu di evaluasi, kembali dilakukan, dan kita akan jaga perekonomian kita ini di tengah goncangan global yang memang masih terus berlangsung," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Edi Suwiknyo
Editor : Achmad Aris
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper