Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Rebound, Rupiah Kian Terbebani

Rebound dolar AS membebani nilai tukar rupiah bersama mayoritas mata uang di Asia pada perdagangan hari ini, Rabu (29/8/2018).
Uang rupiah./Bloomberg-Brent Lewin
Uang rupiah./Bloomberg-Brent Lewin

Bisnis.com, JAKARTA — Rebound dolar AS membebani nilai tukar rupiah bersama mayoritas mata uang di Asia pada perdagangan hari ini, Rabu (29/8/2018).

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah berakhir melemah 19 poin atau 0,13% di level Rp14.645 per dolar AS, setelah ditutup terdepresiasi 6 poin atau 0,04% di posisi 14.626 pada perdagangan Selasa (28/8).

Mata uang Garuda melanjutkan pelemahannya setelah dibuka terdepresiasi 4 poin atau 0,03% di posisi 14.630 pagi tadi. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak pada level Rp14.630 – Rp14.654 per dolar AS.

Bersama rupiah, mata uang lainnya di Asia mayoritas terpantau melemah petang ini. Rupee India memimpin pelemahan dengan 0,54%, diikuti baht Thailand sebesar 0,41% dan yuan offshore China yang melemah 0,39%.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama menguat 0,15% atau 0,138 poin ke level 94,858 pada pukul 16.55 WIB.

Indeks dolar mulai beringsut ke zona hijau saat dibuka naik tipis 0,004 poin di level 94,724, mematahkan koreksi yang dialami tiga sesi sebelumnya. Adapun pada Selasa (28/8), indeks berakhir turun 0,06% atau 0,059 poin di posisi 94,720.

Dilansir dari Bloomberg, rupee dan baht memimpin pelemahan mata uang di Asia setelah optimisme atas prospek ekonomi AS memacu kebangkitan dolar AS.

Menurut data yang dirilis Selasa, tingkat kepercayaan konsumen AS pada bulan Agustus melampaui perkiraan dengan naik ke level tertinggi sejak Oktober 2000. Pasar selanjutnya menantikan rilis angka produk domestik bruto (PDB) AS kuartal kedua pada hari ini waktu setempat.

“Angka kepercayaan konsumen AS menjadi pengingat akan ekonomi AS yang kuat, yang telah mendorong dolar lebih kuat,” kata Sim Moh Siong, pakar strategi valas di Bank of Singapore. “Namun, investor cenderung semakin menilai ulang konsensus bahwa dolar akan terus menguat.”

Kecilnya harapan progres diskusi antara Amerika Serikat (AS) dan China untuk menyelesaikan tensi perdagangan yang telah memperkeruh sentimen untuk aset berisiko juga menambah sentimen negatif bagi rupiah dan mata uang Asia.

“Peningkatan momentum dalam perang perdagangan AS dan China masih tetap risiko utama bagi Indonesia,” kata Enrico Tanuwidjaja, ekonom di United Overseas Bank di Jakarta, seperti dikutip Bloomberg.

“Kami tetap waspada tentang usulan tarif jauh lebih besar senilai US$200 miliar terhadap barang-barang China yang saat ini masih sedang berlangsung dinegosiasikan.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper