Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tahun Depan, Sido Muncul (SIDO) Incar Pertumbuhan 10%

PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. optimistis rampungnya pabrik cairan obat dalam (COD) dengan kapasitas 100 juta kemasan per bulan akan meningkatkan pertumbuhan pendapatan hingga 10%.
Ilustrasi
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA -- PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. optimistis rampungnya pabrik cairan obat dalam (COD) dengan kapasitas 100 juta kemasan per bulan akan meningkatkan pertumbuhan pendapatan hingga 10%.

Direktur Independen Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Leonard menuturkan, investasi di COD tidak akan memberikan dampak pada kinerja 2018. Namun, dampak positif akan terlihat pada 2019. Leonard optimis, rampungnya COD tersebut akan menumbuhkan pendapatan hingga dua digit.

"Tentunya, kami ekspektasi ada peningkatan pada 2019, minimal 10% kenaikan dari penjualan," ungkap Leonard, Senin (27/8/2018).

Dia mengatakan COD II mengusung konsep modern dan terkomputerisasi, sehingga mampu memproduksi semua varian jamu cair. Selain itu, sistem produksi tersebut juga lebih terintegrasi dan efisien, serta mampu menghindari kesalahan proses produksi akibat dari kelalaian manusia.

Hingga Juni 2018, nilai penjualan emiten bersandi saham SIDO senilai Rp1,27 triliun, tumbuh 5,4% dari posisi Rp1,2 triliun. SIDO memiliki tiga segmen penjualan yakni farmasi, makanan & minuman serta jamu herbal masing-masing senilai Rp847 miliar, Rp375 miliar dan Rp52 miliar, dengan pertumbuhan masing-masing 7,4%, 0,4% dan 10,9% year on year.

Adapun, target pendapatan pada 2018, katanya, bisa tumbuh pada high single digit. Laba pada 2018, SIDO memproyeksikan pertumbuhan di atas 5%.  Sementara itu, SIDO berhasil meningkatkan laba operasional hingga Rp62 miliar atau 20,4% menjadi Rp365 miliar.

Margin laba kotor SIDO pada semester I/2018 meningkat 6%. Leonard mengatakan, peningkatan margin laba kotor karena didukung oleh efisiensi pada proses dari fasilitas ekstraksi baru yang menghasilkan tingkat produksi bahan baku jamu herbal lebih tinggi dan adanya penghapusan biaya royalti sejak Februari 2018.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper