Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar Paman Sam Kian Perkasa, Rupiah Tergelincir ke Rp14.630

Rupiah kembali melorot menembus Rp14.600 per dolar AS. Penguatan dolar AS karena kepastian eknaikan suku bunga pada September mendatang dan rencana pembicaraan terkait dengan masalah perdagangan menjadi faktor utama yang membawa rupiah melemah.
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA – Rupiah kembali melorot menembus Rp14.600 per dolar AS. Penguatan dolar AS karena kepastian eknaikan suku bunga pada September mendatang dan rencana pembicaraan terkait dengan masalah perdagangan menjadi faktor utama yang membawa rupiah melemah.

Pada perdagangan Kamis (23/8), rupiah tercatat melemah 56 poin atau 0,38% menjadi Rp14.630 per dolar AS. Selama tahun berjalan, rupiah tercatat mengalami pelemahan sebesar 7,34% di hadapan dolar AS.

Pada sesi perdagangan hari yang sama, indeks dolar tercatat menguat 0,28 poin menjadi 95,42 dari posisinya ketika perdagangan dibuka. Adapun, imbal hasil treasury AS masih berada di posisi 2,82%.

“Indeks dolar AS menguat karena bank sentral AS akan menaikkan suku bunga lagi. Pengangguran menurun, tenaga kerja naik, dan inflasi mendekati 2%,” ungkap Ibrahim, Direktur PT Garuda Berjangka, kepada Bisnis, Kamis (23/8/2018).

Meskipun Presiden AS Donald Trump telah mengintervensi penguatan dolar negaranya dengan menyatakan bahwa dirinya tidak ingin dolar AS terlalu kuat, tetapi The Fed AS menegaskan bahwa mereka merupakan lembaga independen yang tidak bisa sembarang diintervensi oleh presiden sekalipun.

“Kenaikan suku bunga memang sudah menjadi program, sampai 2019 mendatang. Karena pemerintah AS ingin memacu agar dana AS sebesar 12,5 miliar itu, 2,5 miliarnya harus kembali ke Amerika. Sangat wajar kalau seluruh mata uang yang melawan dolar melemah,” lanjut Ibrahim.

Selain itu, Ibrahim menuturkan bahwa rupiah bisa saja melemah ke Rp14.700-an apabila kedepannya, pertemuan dagang antara AS dan China tidak menghasilkan solusi.

Ibrahim menilai bahwa pelemahan rupiah sampai ke Rp14.600-an masih wajar. Apabila pada Rabu (22/8) perdagangan mata uang Indonesia tidak libur untuk merayakan Hari Raya Iduladha, Ibrahim memperkirakan rupiah bisa melemah lebih jauh lagi.

“Seharusnya BI menaikkan suku bunga itu di pekan ini. Suku bunga tidak perlu langsung dinaikkan karena sebenarnya target dari Bank Indonesia [BI] sendiri adalah menaikkan suku bunga bersamaan dengan ketika The Fed AS melakukan kenaikan suku bunga pada September mendatang,” papar Ibrahim, menilai kenaikan suku bunga pada akhir pekan lalu terlalu cepat.

Untuk sepekan kedepan, Ibrahim memproyeksikan rupiah akan kembali menguat ke posisi antara Rp14.520 per dolar AS – Rp14.630 per dolar AS, karena pandangan akan kenaikan suku bunga AS mereda dan diharapkan pembicaraan AS dan China akan membuahkan hasil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper