Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emiten Batu Bara Belum Agresif Dorong Volume Produksi

Sejumlah emiten belum agresif mengajukan penaikan perencanaan volume produksi batu bara kendati pemerintah bakal menambah alokasi volume ekspor hingga 100 juta ton.
Harga dan produksi batu bara 2014 hingga 2018./Bisnis-Radityo Eko
Harga dan produksi batu bara 2014 hingga 2018./Bisnis-Radityo Eko

Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah emiten belum agresif mengajukan penaikan perencanaan volume produksi batu bara kendati pemerintah bakal menambah alokasi volume ekspor hingga 100 juta ton.

Presiden Direktur PT Golden Energy Mines Tbk. (GEMS) Bonifasius menyampaikan, anak perusahaan GEMS, PT Borneo Indobara (BIB) sedang mengajukan tambahan produksi batu bara sejumlah 3 juta ton. Hal ini untuk mendukung kebijakan pemerintah menambah 100 juta ton ekspor.

“Kebijakan penambahan 100 juta ton ekspor harus didukung ketersediaan alat berat dan market. Penambahan yang kami minta sesuai kemampuan perusahaan dalam penyiapan peralatan, serta aspek lingkungan dan sosial,” tuturnya saat dihubungi, Rabu (22/8/2018).

Perseroan mengajukan perizinan tambahan kuota produksi pada pertengahan Juli 2018. Diharapkan persetujuannya rampung pada akhir Agustus ini. Sebelumnya, BIB sudah mendapat persetujuan produksi 17,2 juta ton. Dengan demikian, pengajuan 3 juta ton akan menambah produksi perseroan menjadi 20,2 juta ton.

Boni menambahkan, 70% dari tambahan 3 juta ton akan dijual ke pasar eskpor seperti China, India, Korea Selatan, dan sebagian kecil ke negara lain. Per Juni 2018, BIB sudah memproduksi batu hitam sebanyak 8,02 juta ton.

Direktur Utama PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) Saptari Hoedaja menyampaikan, perusahaan masih membahas di internal PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin perubahan operasional produksi.

Pasalnya, ada sejumlah poin penting yang harus diputuskan bila volume produksi akan dinaikan dari rencana awal, seperti alat-alat berat dan Analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal).

"Ada pertimbangan yang sangat krusial jika produksi dinaikan. Pertimbangan itu di antaranya alat-alat produksi seperti truk, excavator, kemudian masalah amdal," ujarnya.

Tahun ini, perseroan merencanakan volume produksi dan penjualan batu bara sekitar 90 juta ton. Pada 2017 perusahaan merealisasikan produksi batu bara sejumlah 83,7 juta ton, dengan perincian KPC berkontribusi 57,9 juta ton dan Arutmin menyumbang 25,8 juta ton.

Sementara itu, tiga emiten batu bara masih memertahankan target operasional 2018 sesuai rencana awal tahun. Tiga perusahaan itu ialah PT ABM Investama Tbk. (ABMM), PT Adaro Energy Tbk. (ADRO), dan PT Indika Energy Tbk. (INDY).

Direktur dan CFO ABMM Adrian Sjamsul berpendapat penambahan cadangan devisa dengan menambah kuota ekspor merupakan kebijakan yang wajar diambil oleh pemerintah. Namun, perusahaan tidak berencana menambah volume produksi.

Pada 2018, perusahaan akan meningkatkan produksi dan penjualan batu bara menjadi 10 juta ton, naik dari realisasi 2017 sebesar 7,94 juta ton. Masing-masing batu hitam sejumlah 5 juta ton berasal dari tambang di Aceh dan Kalimantan Selatan.

Head of Corporate Communication Division ADRO Febriati Nadira menuturkan, kendati ada penambahan kuota eskspor batu bara dari pemerintah, operasional perusahaan masih memertahankan target produksi 54 juta-56 juta ton pada 2018.

"Sampai saat ini guidance [produksi batu bara] Adaro masih sama 54--56 juta ton," tuturnya.

Hal senada juga disampaikan Direktur Keuangan INDY Azis Armand. Menurutnya perseroan masih melakukan operasional sesuai rencana awal.

Berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) yang disetujui Kementerian ESDM, INDY bakal memproduksi batu bara sejumlah 33,5 juta ton dari dua anak usaha. Rinciannya, 32 juta ton berasal dari PT Kideco Jaya Agung, dan 1,5 juta ton dari PT Multi Tambangjaya Utama (MUTU). "[Produksi batu bara] kami akan kembali ke rencana awal," imbuhnya.

Pada Jumat (17/8/2018), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan akan menambah kuota ekspor batu bara sebanyak 100 juta ton. Sebagai langkah awal, Menteri ESDM Ignasius Jonan sudah menandatangani tambahan alokasi 25 juta ton untuk 40 perusahaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper