Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Habis Reli 2 Sesi, Harga Emas Kembali ke Zona Merah

Harga emas melemah setelah menguat dalam dua sesi berturut-turut karena dolar AS mulai kembali menguat di hadapan yen.
Harga emas/Reuters
Harga emas/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas melemah setelah menguat dalam dua sesi berturut-turut karena dolar AS mulai kembali menguat di hadapan yen.

Pada perdagangan Kamis (9/8) pukul 15.30 WIB, tercatat harga emas spot tergelincir tipis 2,23 poin atau 0,18% menjadi US$1.211,65 per troy ounce dari penutupan sesi sebelumnya. Selama tahun 2018 berjalan harga emas spot mengalami penurunan 6,66%.

Sebelumnya, pada sesi yang sama harga emas spot sempat naik 0,22 poin atau 0,02% menjadi US$1.214,10 per troy ounce dari penutupan sesi sebelumnya. 

Untuk emas Comex, harganya tercatat turun 2,20 poin atau 0,18% menjadi US$1.218,80 per troy ounce. Secara year-to-date (ytd) emas Comex turun 7,39%. Pada sesi yang sama harganya sempat naik 1,40 poin atau 0,11% menjadi US$1.222,40 per troy ounce. 

Mata uang yen diperdagangkan lebih kuat di hadapan dolar AS pada awal Kamis (9/8), terdorong oleh perang dagang dan tertekan oleh pernyataan rencana Bank of Japan yang ingin mengubah kebijakan akomodasinya.

Saham Asia mengalami pelemahan setelah aksi saling balas tarif dalam konflik perdagangan antara AS dan China mendorong harga minyak, dengan rubel Rusia yang merosot karena AS kembali menjatuhkan tarif segar pada negara tersebut.

China telah menetapkan tarif tambahan sebesar 25% pada arang impor dari AS senilai US$16 miliar dari komoditas minyak bumi dan produk baja hingga kendaraan dan perangkat kesehatan. Kementerian Perdagangan China menuturkan, aksi tersebut menjadi balasan bagi AS yang telah membuat perdagangan antara kedua ekonomi terbesar dunia itu semakin memanas.

Ekspor China tercatat mengalami kenaikan di atas eskpektasi pada Juli meskipun dikenakan sanksi oleh AS dan mengawasi surplus dagangnya dengan AS masih tetap tinggi, bahkan mendekati rekor. Dengan kondisi kedua negara yang terus memanas, sejumlah investor dan pelaku pasar takut akan mengganggu pertumbuhan ekonomi global.

Sebelumnya, pada Rabu (8/8), pihak Washington mengatakan akan menambahkan tarif baru kepada Rusia pada akhir Agustus, setelah mereka yakin bahwa Moskow telah meracuni mantan agen Rusia dan putrinya di Inggris.

Duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Nikki Haley juga menjelaskan bahwa AS tidak ingin menunggu terlalu lama bagi Korea Utara untuk melangkah maju dalam rencana denuklirisasinya.

“Perekonomian AS masih cukup kuat untuk menjamin kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh Ferderal Reserve,” ujar Thomas Barkin, Ketua Federal Reserve Richmond di AS, dikutip dari Reuters, Kamis (9/8/2018).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper