Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Arab Saudi Pompa Minyak, Produksi OPEC Menanjak

Produksi minyak mentah OPEC meningkat bulan lalu, setelah Arab Saudi memompa volume minyaknya mendekati rekor demi memenuhi permintaan konsumen.
Harga Minyak WTI/Reuters
Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Produksi minyak mentah OPEC meningkat bulan lalu, setelah Arab Saudi memompa volume minyaknya mendekati rekor demi memenuhi permintaan konsumen.

Produksi minyak negara Timur Tengah tersebut tumbuh sebesar 230.000 barel per hari pada bulan Juli, menjadi 10,65 juta barel per hari, hanya sedikit di bawah puncaknya yang dicapai pada tahun 2016, menurut survei Bloomberg terhadap sejumlah analis, perusahaan minyak, dan data pelacakan kapal.

Produksi minyak mentah yang lebih tinggi dari Saudi, bersama dengan Nigeria dan Irak, mendorong total produksi dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) sebesar 300.000 barel per hari.

Kenaikan itu mengimbangi penurunan yang disebabkan keruntuhan ekonomi yang mengguncang di Venezuela, bentrokan politik di Libya, dan sanksi AS terhadap Iran. Kelima belas anggota kartel minyak tersebut, yang saat ini mencakup Kongo, secara kolektif menghasilkan 32,6 juta barel per hari.

Peningkatan produksi Arab Saudi membuktikan janjinya untuk mencegah harga merugikan ekonomi global setelah harga minyak mentah Brent mencapai level tertinggi tiga tahun di atas US$80 per barel awal musim panas ini. Saudi sendiri telah mendapat tekanan dari Presiden AS Donald Trump untuk membuka keran minyaknya.

Ketika OPEC menggelar pertemuan pada bulan Juni, organisasi ini sepakat telah mengurangi pasokan secara berlebihan dan harus mengembalikan output hingga 100% dari target yang ditetapkan pada akhir 2016.

Saat Saudi dan sejumlah negara lain mengatakan akan meningkatkan produksi mereka untuk mengimbangi negara yang tidak mampu melakukannya, Iran berpendapat bahwa mereka justru telah melanggar target masing-masing dan ujung-ujungnya tidak loyal terhadap OPEC.

Meskipun sanksi terhadapnya belum berlaku secara resmi hingga November, Iran telah kehilangan sejumlah pelanggan akibat pengenaan penalti terhadap pembeli oleh pemerintah AS setelah Trump menghentikan perjanjian nuklir dengan Iran.

Kebijakan Saudi tampaknya telah membantu mendinginkan harga minyak seperti yang diinginkan Trump. Harga minyak mentah AS bulan lalu membukukan penurunan terbesar dalam dua tahun dan diperdagangkan di kisaran level US$68 per barel di New York Mercantile Exchange.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper