Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ancaman Suplai Kerek Harga Minyak

Harga minyak mentah menguat pada akhir perdagangan Senin (30/7/2018), ditopang kekhawatiran bahwa performa fasilitas utama Kanada tidak akan kembali ke produksi penuhnya secepat yang diperkirakan.
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah menguat pada akhir perdagangan Senin (30/7/2018), ditopang kekhawatiran bahwa performa fasilitas utama Kanada tidak akan kembali ke produksi penuhnya secepat yang diperkirakan.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September naik US$1,44 dan berakhir di level US$70,13 per barel di New York Mercantile Exchange. Total volume yang diperdagangkan mencapai sekitar 43% di bawah rata-rata 100 hari.

Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman September naik 68 sen dan berakhir di US$74,97 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London. Minyak mentah acuan global ini diperdagangkan premium US$4,84 terhadap WTI.

Dilansir dari Bloomberg, harga minyak naik 2,1% di New York di tengah kekhawatiran bahwa pasokan dari fasilitas Syncrude milik Suncor Energy Inc. mungkin akan semakin mengkerut.

Tak hanya itu, ancaman lain terhadap suplai datang dari pemogokan buruh di ladang minyak Laut Utara dan penangguhan pengiriman oleh Arab Saudi melalui rute transit Laut Merah.

"Setiap titik gangguan tambahan akan memberi sedikit dampak yang tidak diinginkan,” kata Matthew Beck, managing director di John Hancock Financial Services Inc. “Bersama-sama, mereka telah mengurangi kekhawatiran atas terus meningkatkan pasokan di luar kebutuhan permintaan.”

Meskipun ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan China menekan harga minyak lebih rendah hampir sepanjang bulan ini, Barclays Plc memperingatkan adanya 'risiko kenaikan signifikan' untuk harga pada kuartal keempat seiring dimulainya dampak sanksi terhadap ekspor Iran.

Barclays memperkirakan langkah pemerintah AS terhadap negara tersebut akan menghambat ekspor Iran sekitar 700.000 barel per hari.

Turut mengangkat harga minyak, pelemahan dolar AS menjelang pertemuan kebijakan para pejabat bank sentral pekan ini, meningkatkan daya tarik komoditas yang dihargai dalam mata uang AS.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper