Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Saham Asia Konsolidasi Menanti Pertemuan The Fed & Gebrakan BOJ

Bursa saham Asia beringsut turun pada perdagangan pagi ini, Senin (30/7/2018), menjelang berlangsungnya sejumlah agenda penting termasuk pertemuan bank sentral, laporan keuangan perusahaan, dan rilis data payroll AS.
Bursa Asia MSCI/Reuters
Bursa Asia MSCI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Asia turun pada perdagangan pagi ini, Senin (30/7/2018) menjelang berlangsungnya sejumlah agenda penting pekan ini termasuk pertemuan bank sentral, laporan keuangan perusahaan, dan rilis data payroll AS.

Dilansir dari Reuters, indeks saham MSCI Asia Pacific, selain Jepang, turun tipis 0,03%. Sementara itu, saham teknologi dan energi menekan indeks Nikkei Jepang turun 0,4% pada awal perdagangan. Saham teknologi juga membebani koreksi indeks Kospi Korsel pagi ini.

Hasil laporan keuangan yang mengecewakan dari Intel Corp. dan Twitter Inc. memperburuk performa indeks Nasdaq pada hari Jumat (27/7), meskipun indeks S&P 500 dan Dow Jones mampu berakhir naik untuk pekan lalu.

Laporan keuangan berikutnya akan dirilis oleh lebih dari 140 perusahaan pada S&P 500, termasuk Apple Inc.

Para analis di JPMorgan menyebutkan pergerakan yang relatif agresif ke dalam value shares (saham yang cenderung diperdagangkan dengan harga lebih rendah relatif terhadap fundamentalnya), khususnya bank, serta menjauhi saham-saham yang terutama dimanfaatkan untuk pertumbuhan.

“Rotasi cenderung akan terus berlanjut, menguntungkan kategori 'value' dengan mengorbankan momentum/teknologi karena suku bunga bias lebih tinggi,” papar mereka, dikutip Reuters.

Sementara itu, pertemuan kebijakan moneter Federal Reserve AS yang dimulai Selasa (31/7) waktu setempat diperkirakan akan mempertahankan kebijakannya seraya menegaskan kembali prospek untuk kenaikan suku bunga bertahap lebih lanjut.

Pasar hampir sepenuhnya memperhitungkan adanya kenaikan suku bunga oleh bank sentral AS tersebut pada bulan September dan kecenderungan pergerakan lebih lanjut sebelum akhir tahun.

Di sisi lain, pertemuan kebijakan Bank of Japan (BOJ) yang akan berakhir pada Selasa diperkirakan dapat menyesuaikan program stimulus besar-besaran untuk membuat kebijakan moneternya lebih berkelanjutan.

BoJ juga dapat memodifikasi tujuan tahunannya untuk mengakumulasi obligasi pemerintah Jepang senilai 80 triliun yen (US$720 miliar) serta berpotensi menaikkan target imbal hasil obligasi pemerintah Jepang bertenor 10 tahun. Pekan lalu, imbal hasil obligasi tersebut mencatat level penutupan tertinggi sejak Januari 2016.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper