Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bahana Sekuritas: Valuasi Rendah, Berikut Saham-saham yang Bisa Jadi Pilihan

Musim laporan keuangan semester I/2018 menjadi katalis positif bagi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Namun, sentimen negatif dari global diperkirakan akan membatasi kenaikan indeks pada pekan ini.
Karyawati berkomunikasi di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (3/7/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Karyawati berkomunikasi di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (3/7/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA -- Musim laporan keuangan semester I/2018 menjadi katalis positif bagi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Namun, sentimen negatif dari global diperkirakan akan membatasi kenaikan indeks pada pekan ini.

Analis Bahana Sekuritas Muhammad Wafi menilai pembalikan modal dari sejumlah negara Asia seperti India, Malaysia, Filipina, Indonesia dan negara lainnya, masih terjadi akibat perang dagang yang dimotori oleh AS dan China.

Apalagi, ditambah kebijakan bank sentral AS atau Federal Reserve yang diperkirakan bakal menaikkan bunga acuan melebihi ekspektasi pasar.

Keluarnya dana-dana asing dari pasar keuangan membuat indeks dan sejumlah mata uang Asia tertekan cukup dalam, termasuk Indonesia. Sejak Februari 2018, indeks telah tertekan sebesar 14,3% dan rupiah sudah terdepresiasi 5,6%.

"Padahal, secara fundamental, perekonomian Indonesia tidaklah buruk dan masih menjanjikan return yang lebih baik dibandingkan negara lain," tuturnya dalam siaran pers, Rabu (25/7/2018).

Wafi menilai faktor domestik memperlihatkan tren membaik yang tercermin dalam peningkatan angka penjualan ritel. Hal ini memperlihatkan tingkat konsumsi masyarakat yang semakin kuat.

Kekhawatiran investor terhadap defisit neraca perdagangan terlalu berlebihan, karena pada Juni 2018 membukukan surplus tertinggi sejak September 2017.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan neraca perdagangan Indonesia surplus US$1,74 miliar. Surplus neraca perdagangan ini memberi ruang bagi kebijakan moneter untuk menahan suku bunga acuan atau BI 7-Days Reverse Repo Rate (7DRRR) tetap di level 5,25%.

Sebelumnya, Bank Indonesia (BI)menaikkan suku bunga total sebesar 100 basis point (bps) sejak April 2018 untuk menjaga volatilitas nilai tukar meski perekonomian domestik memperlihatkan fundamental yang kokoh dan memperlihatkan tren membaik.

Menurut Wafi, valuasi saham-saham pembentuk IHSG sudah berada di level terendah, bila melihat rasio harga saham terhadap pendapatan emiten pada umumnya.

"Saat ini, sudah berada di level terendah dalam 10 tahun terakhir,'' ujarnya.

Di sisi lain, BI masih konsisten mengambil kebijakan menaikkan suku bila diperlukan untuk menjaga stabilitas nilai tukar. Hal ini mestinya bisa dilihat investor sebagai peluang untuk kembali masuk ke pasar keuangan Indonesia.

Dengan melihat perkembangan di global serta fundamental domestik, Bahana Sekuritas merekomendasikan beli saham PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) dengan target harga Rp 9.500 dan saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) dengan target harga Rp 27.600 karena valuasi kedua saham bank ini cukup atraktif.

Bank Mandiri memperlihatkan tren kinerja positif setelah mampu mengatasinya masalah kredit bermasalah, sehingga biaya pencadangan turun drastis yang berakibat pada peningkatan laba bersih perseroan. Adapun BBCA mampu mempertahankan biaya dana murah di tengah-tengah tren kenaikan suku bunga.

Seiring dengan semakin kuatnya konsumsi domestik, kinerja PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk. (RALS), PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) dan PT Erajaya Swasembada Tbk. (ERAA) akan diuntungkan.

Bahana menargetkan harga RALS sebesar Rp1.570 seiring dengan transformasi bisnis yang dilakukan oleh manajemen dalam setahun terakhir. Target harga INDF dipatok sebesar Rp8.600, sejalan dengan menguatnya permintaan atas barang konsumsi yang cepat habis atau Fast Moving Consumer Goods (FMCG).

Sementara itu, ERAA dipatok dengan target harga Rp4.000 dengan prospek margin yang semakin baik, ditopang oleh penjualan Samsung dan iPhone keluaran terbaru, serta Xiaomi yang masih menjadi incaran masyarakat kelas menengah bawah.

PT Astra International Tbk. (ASII) dengan target harga Rp7.800 juga memiliki prospek positif karena mayoritas unit bisnisnya mengalami pertumbuhan yang cukup baik, termasuk PT United Tractor Tbk. (UNTR) dengan target harga Rp41.100. UNTR ditopang oleh penjualan alat berat dan prospek industri pertambangan yang semakin baik dengan stabilnya harga komoditas global.

PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) juga direkomendasikan beli dengan target harga Rp4.400. Dengan market share terbesar di industri rokok dan rata-rata harga penjualan masih sesuai dengan daya beli masyarakat, margin HMSP diperkirakan lebih baik dibanding produsen rokok lainnya.

PT XL Axiata Tbk. (EXCL) dengan target harga Rp4.000 juga cukup menjanjikan, karena valuasi harga sudah berada di level terendah dibanding emiten telekomunikasi lainnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper