Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Oso Sekuritas: IHSG Lanjut Menguat di Level 5.884-5.931

Oso Sekuritas memperkirakan IHSG berpeluang menguat dengan pergerakan di kisaran 5.884 - 5.931.
Karyawan melintas di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/6/2018)./ANTARA-Sigid Kurniawan
Karyawan melintas di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/6/2018)./ANTARA-Sigid Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA - Oso Sekuritas memperkirakan IHSG berpeluang menguat dengan pergerakan di kisaran 5.884 - 5.931.

Tim analis Oso Sekuritas menyebutkan hal tersebut karena IHSG menguji support di level 5,840 dengan indikator Stochastic di rasio 27% dan MACD line bullish dengan volume turun.

Adapun pada perdagangan hari Jum'at (20/07), IHSG ditutup menguat tipis sebesar 0,03% ke level 5.872.78. Enam dari sepuluh indeks sektoral berakhir dalam zona hijau, dimana sektor Infrastruktur dan Barang Konsumsi memimpin penguatan masing-masing sebesar 1,26% dan 0,75%.

Adapun saham yang menjadi penggerak indeks diantaranya: HMSP, BBRI, GGRM, TLKM, SMGR Minimnya sentimen positif dari dalam maupun luar negeri masih memengaruhi pergerakan Indeks pada perdagangan akhir pekan lalu. Pelaku pasar asing membukukan aksi jual bersih (Netsell) sebesar Rp14.62 miliar. Nilai tukar rupiah terdepresiasi sebesar 0,37% ke level Rp14.495.

Sementara itu, indeks utama bursa AS ditutup kompak di zona merah pada perdagangan akhir pekan kemarin (20/07). Indeks Dow Jones berakhir melemah sebesar 0,03% ke level 25.058,12, S&P turun sebesar 0,09% ke level 2.801,83 dan Nasdaq terdepresiasi sebesar 0,07% ke level 7.820,20.

Penurunan pada indeks utama Wall St terjadi seiring dengan pelemahan indeks Dollar sebesar 0,77% serta meningkatnya imbal hasil Benchmark 10-tahun AS menjadi 2.8968%.

Hal tersebut dikarenakan adanya indikasi kenaikan suku bunga The Fed di tahun ini yang kemungkinan lebih dari dua kali lagi serta adanya komentar Presiden trump yang menuduh Uni Eropa dan China memanipulasi mata uang AS, dimana hal ini semakin memicu ketegangan perang dagang diantara mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper