Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minyak Mentah Ambruk di Tengah Kekhawatiran Perang Perdagangan

Minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman Agustus turun anjlok 5% atau 3,73 poin ke level US$70,38 per barel di New York Mercantile Exchange, penurunan terbesar sejak Juni 2017.
Minyak West Texas Intermediate/Reuters
Minyak West Texas Intermediate/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah anjlok paling tajam dalam dua tahun terakhir karena perang perdagangan AS-China yang meningkat yang mengancam pertumbuhan ekonomi, membayangi penurunan terbesar dalam persediaan minyak mentah AS sejak 2016.

Minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman Agustus turun anjlok 5% atau 3,73 poin ke level US$70,38 per barel di New York Mercantile Exchange, penurunan terbesar sejak Juni 2017.

Sementara itu, Brent untuk pengiriman September turun nyarir 7% atau 5,46 poin dan berakhir di level US$73,40 di bursa ICE Futures Europe yang berbasis di London. Patokan global diperdagangkan dengan premium US$4,54 dibanding WTI untuk bulan yang sama.

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump siap untuk menekan tarif pada hampir setengah produk yang diimpor AS dari China dalam beberapa minggu, dan China berjanji untuk membalas.

Sementara itu, cadangan minyak AS menyusut 12,6 juta barel pekan lalu, impor minyak di wilayah pengilangan terbesar AS turun paling tajam dalam 5 tahun terakhir, dan Libya bersiap untuk mengekspor lebih banyak ekspor minyak mentah.

"Perang perdagangan yang meningkat antara AS dan China pasti menyebabkan risiko di seluruh aset berisiko dan komoditas terperangkap dalam itu," kata Mike Wittner, kepala riset pasar minyak di Societe Generale SA, seperti dikutip Bloomberg.

“Permintaan di seluruh dunia sejauh ini sehat, tetapi itu risikonya: bahwa ini mendorong kita menuju ke perlambatan ekonomi dan jika itu terjadi, permintaan minyak akan terganggu,” lanjutnya.

Dalam beberapa pekan terakhir, Brent melampaui US$79 per barel dan patokan AS naik di atas US$75 di tengah gangguan pasokan dari Kanada ke Teluk Persia. Sementara itu, Arab Saudi telah berjanji untuk meningkatkan output untuk membantu menutupi kekurangan dari pemasok utama lainnya, meskipun beberapa pengamat mempertanyakan kapasitas Saudi untuk melakukannya.

Sementara itu, kembalinya ekspor yang akan segera terjadi dari pelabuhan timur Libya menambah tekanan ke bawah terhadap harga minyak.

Di kawasan Pantai Teluk AS yang mencakup pusat penyulingan di Texas dan Louisiana, impor minyak jatuh sebesar 1,13 juta barel pekan lalu, penurunan paling curam sejak September 2012, menurut dana Energy Information Administration.

"Tidak ada keraguan bahwa ketidakpastian itu terus membebani, tidak hanya di pasar minyak mentah, tetapi juga semua pasar," kata Brian Kessens di Tortoise. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper