Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS Ancam Tarif Baru ke China, Wall Street Akhiri Reli Penguatan Empat Hari

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 219,21 poin atau 0,88% menjadi 24.700,45, sedangkan indeks Standard & Poors 500 melemah 19,82 poin atau 0,71% ke 2.774,02 dan Nasdaq Composite turun 42,59 poin atau 0,55% ke level 7.716,61.
Wallstreet/Reuters
Wallstreet/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat ditutup melemah pada perdagangan Rabu (11/7/2018), mengakhiri kenaikan empat hari berturut-turut setelah ancaman AS untuk mengenakan tarif pada barang-barang Cina senilai US$200 miliar meningkatkan kekhawatiran perang perdagangan.

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 219,21 poin atau 0,88% menjadi 24.700,45, sedangkan indeks Standard & Poor’s 500 melemah 19,82 poin atau 0,71% ke 2.774,02 dan Nasdaq Composite turun 42,59 poin atau 0,55% ke level 7.716,61.

China menanggapi ancaman Presiden AS Donald Trump dengan menuduh Amerika Serikat melakukan intimidasi dan memperingatkan bahwa pihaknya akan melakukan tindakan balasan.

Emiten industri termasuk Boeing, 3M, dan Caterpillar, yang menjadi yang paling terpukul oleh perselisihan perdagangan baru-baru ini, menjadi hambatan terbesar indeks Dow Jones.

Sektor bahan baku ditutup melemah 1,7%, dengan saham Freeport-McMoRan turun 3,9% karena harga tembaga mencapai titik terendah dalam sekitar satu tahun terakhir.

Dilansir Reuters, investor mengatakan kekhawatiran perang perdagangan mungkin akan mereda karena mereka mulai fokus lebih dekat pada pendapatan kuartal kedua selama beberapa minggu mendatang. Laporan keuangan JPMorgan Chase dan bank-bank besar lainnya akan dirilis Jumat.

"Situasi perdagangan mengkhawatirkan tetapi tidak ada lagi yang akan terjadi segera. Sentimen mungkin surut dalam kesadaran orang-orang sementara sentimen saaat ini menangkap minat orang, terutama pendapatan perusahaan," kata John Carey, manajer portofolio di Amundi Pioneer Asset Management, seperti dikutip Reuters.

"Investor mencari emiten dengan kinerja yang lumayan kuat, dan pasti ada potensi kekecewaan,” lanjutnya.

Analis memperkirakan pendapatan perusahaan pada indeks S&P 500 tumbuh sekitar 21% pada kuartal kedua dari tahun sebelumnya, menurut data Thomson Reuters.

Juga menekan pasar hari Rabu, indeks energi S&P 500 turun 2,2% setelah harga minyak mentah AS turun 5% akibat eskalasi sengketa perdagangan dan karena ekspektasi pasokan yang meningkat di tengah berita bahwa Libya akan membuka kembali pelabuhannya.

Produsen chip, yang sebagian besar bergantung pada China untuk pendapatan mereka, jatuh, dengan indeks semikonduktor Philadelphia turun 2,6%.

Penurunan pasar tidak setajam apa yang terlihat pada akhir Maret dan awal April ketika retorika perdagangan yang meningkat antara China dan AS menyebabkan S&P jatuh lebih dari 2% selama empat sesi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper