Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perang Dagang AS-China Tak Banyak Kejutan, Rupiah pun Rebound

Nilai tukar rupiah berhasil rebound dan berakhir terapresiasi pada perdagangan hari ini, Jumat (6/7/2018), sejalan dengan penguatan mayoritas mata uang di Asia terhadap dolar AS.
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah berhasil rebound dan berakhir terapresiasi pada perdagangan hari ini, Jumat (6/7/2018), sejalan dengan penguatan mayoritas mata uang di Asia terhadap dolar AS.

Rupiah ditutup menguat 19 poin atau 0,13% di level Rp14.375 per dolar AS, setelah dibuka dengan depresiasi 8 poin atau 0,06% di posisi 14.402. Pada perdagangan Kamis (5/7), rupiah berakhir melemah 0,22% atau 31 poin di level 14.394.

Meski sempat melanjutkan pelemahannya, kinerja mata uang Garuda mampu rebound hingga berakhir menguat. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak pada level Rp14.361–Rp14.416 per dolar AS.

Bersama rupiah, mayoritas mata uang di Asia juga menguat petang ini, dipimpin dolar Singapura sebesar 0,29% dan won Korea Selatan yang menguat 0,23%. Di sisi lain, renminbi dan yuan offshore China masing-masing terpantau melemah tipis 0,14% dan 0,07%.

Sementara itu, pergerakan indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama terpantau melandai 0,06% atau 0,061 poin ke level 94,334 pada pukul 17.36 WIB.

Pergerakan indeks dibuka turun tipis 0,03% atau 0,027 poin di level 94,368 pagi tadi, setelah berakhir melemah 0,14% atau 0,136 poin di posisi 94,395 pada perdagangan Kamis (5/7).

Dilansir dari Bloomberg, sebagian besar mata uang Asia mampu menguat di tengah kebangkitan bursa saham juga pelemahan dalam dolar AS, saat perang dagang yang berlangsung antara Amerika Serikat (AS) dan China berlangsung tanpa kejutan.

Pemerintah AS mulai memberlakukan tarif pada lebih dari 800 barang dari China senilai US$34 miliar hari ini, keputusan yang dikhawatirkan dapat memicu perang dagang berskala penuh.

Beberapa jam kemudian, China menyatakan melakukan pembalasan dengan memberlakukan tarif terhadap barang-barang AS serta akan mengambil langkah-langkah untuk membantu perusahaan-perusahaan yang terkena dampak.

“Perang dagang tidak pernah menjadi solusi. China tidak akan memulai perang dagang, tetapi jika ada pihak yang menaikkan tarif maka China akan mengambil tindakan sebagai respons untuk melindungi kepentingan pembangunan,” tegas PM China Li Keqiang dalam jumpa pers dengan Perdana Menteri Bulgaria Boyko Borissov di Sofia, seperti dikutip Reuters.

Menurut David Forrester, FX Strategist di Credit Agricole CIB, respons Presiden Donald Trump terhadap pembalasan yang dilakukan China menjadi potensi penggerak pasar berikutnya.

“Sangat sulit untuk memiliki posisi dalam keadaan pasar seperti itu, jadi semua orang hanya menunggu tanpa posisi apapun,” kata Moon Hongcheol, fixed-income and FX strategist di DB Financial Investment, seperti dikutip Bloomberg.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper