Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tahun Ini, Central Omega (DKFT) Optimistis Raih Laba

Emiten pertambangan nikel, PT Central Omega Resources Tbk. optimis bakal mengantongi laba bersih senilai Rp117,03 miliar hingga akhir 2018, dari posisi rugi yang dibukukan pada akhir tahun lalu.

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan nikel, PT Central Omega Resources Tbk. (DKFT) optimistis bakal mengantongi laba bersih senilai Rp117,03 miliar hingga akhir 2018, dari posisi rugi yang dibukukan pada akhir tahun lalu.

Direktur Central Omega Resources Feni Silviani Budiman mengungkapkan bahwa pada akhir 2017, perseroan masih membukukan rugi komprehensif senilai Rp44,62 miliar. Dia optimistis dengan aktivitas penambangan yang cukup gencar, maka perseroan bisa mengantongi laba.

Sebagai informasi, nilai penjualan Central Omega Resources pada akhir tahun lalu hanya Rp56,33 miliar dan ditargetkan pada akhir 2018 bisa mencapai Rp1,23 triliun. Peningkatan penjualan yang signifikan itu karena perseroan pun melibatkan beberapa kontraktor dalam penambangan.

"Strategi yang dilakukan, selain melakukan penambangan sendiri dan kami juga akan melibatkan beberapa kontraktor. Kami akan genjot produksi di tambang," ungkapnya di Jakarta, Jumat (29/6/2018).

Dia memproyeksikan, penjualan biji nikel akan mencapai 749.077 ton sepanjang tahun ini, dengan komposisi penjualan ekspor sebanyak 439.900 ton dan penjualan PT COR Industri Indonesia (CORII) smelter sebanyak 309.177 ton.

Direktur Utama Central Omega Resources Kiki Hamidjaja mengatakan, perseroan membutuhkan waktu untuk membangun smelter. Perseroan telah berhasil membangun smelter tahap pertama yang telah berhasil dengan nilai Rp2 triliun.

"Untuk pembangunan smelter tahap II membutuhkan dana sekitar Rp7 triliun," ungkapnya.

Untuk pembangunan pabrik tahap pertama terbilang lancar dan pembangunan smelter pada tahap dua akan dilakukan pada akhir tahun depan. Dia mengungkapkan, perseroan tengah mencari mitra strategi untuk pembangunan smelter II.

Pada tahun lalu, perseroan sempat mencatatkan kerugian karena masih dalam pembangunan smelter, akan tetapi, bila pembangunan telah selesai maka perseroan kondisi fundamental perseroan akan lebih sehingga rencana ekspor akan lebih mulus.

“Ekspor yang sebelumnya nol, maka tahun ini akan bisa tinggi. Karena pemerintah mengeluarkan peraturan bagi perusahaan yang membangun smelter akan diberikan kuota hingga 800.000 ton setahun, sehingga biji nikel kami bisa dialokasikan ke pabrik dan sebagian lagi bisa di ekspor,” ungkapnya.

Dia mengungkapkan, atas penjualan biji nikel ekspor maka perseroan akan memperoleh harga yang lebih baik, apalagi mengingat penguatan dolar terhadap rupiah yang akan menjadi sentimen positif bagi perseroan. Kiki memerinci, penjualan pada tahun ini akan lebih baik karena, pertama, smelter pertama sudah rampung, sehingga feronikel sudah bisa dijual oleh perseroan. Kedua, adanya kuota dari ekspor biji nikel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper