Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Faktor Eksternal Masih Jadi Penyebab Utama Pelemahan Rupiah

Rupiah tercatat kembali melemah karena dolar Amerika Serikat yang terus menguat. Perang dagang menjadi penyebab utama penguatan dolar AS.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA – Rupiah tercatat kembali melemah karena dolar Amerika Serikat yang terus menguat. Perang dagang menjadi penyebab utama penguatan dolar AS.

Pada penutupan perdagangan Selasa (26/6) mata uang garuda tercatat kembali melemah 20 poin atau 0,14% menjadi Rp14.179 per dolar AS dari sesi sebelumnya pada posisi Rp14.159 per dolar AS. Selama tahun berjalan rupiah telah mengalami pelemahan sebanyak 4,6%.

Dalam catatan Bloomberg, selama satu tahun belakangan, rupiah bergerak pada kisaran antara Rp13.126 – Rp14.213 per dolar AS. 

Menurut Ibrahim, Direktur PT Garuda Berjangka, rupiah terus melemah disebebkan oleh perang dagang antara AS dengan China. “Ini baru masalah AS dan China, belum Kanada dan Rusia masuk. Yang menjadi isu masih masalah perang dagang,” ujarnya pada Bisnis, Rabu (27/6/2018).

Selanjutnya, Ibrahim menuturkan bahwa kemungkinan besar akan ada pertemuan kedua terkait dengan perang dagang.

“Perang dagang ini sebenarnya belum terlaksana, masih kelas wacana. Nanti kalau ada pertemuan tahap kedua kemungkinan isu perang dagang inipun akan hilang dengan sendirinya,” lanjutnya.

Kondisi perang dagang antara AS dan China saat ini justru dimanfaatkan oleh pelaku pasar untuk mereka memborong dolar AS, sehingga dolar AS kembai mengalami penguatan sebagai aset safe haven.

Ibrahim mengatakan bahwa Gubernur Bank Indonesia (BI) terus mengamati pergerakan rupiah, dan melihat rupiah melemah karena masih karena faktor eksternal. Dia menilai, walaupun BI melakukan intervensi secara besar-besaran, kalau faktor eksternalnya terlampau kuat, pemerintah akan hanya bisa mengawasi.

“Dengan komentar-komentar yang cukup mengena, pelemahan rupiah akan terus bertahan. Data ekspor impor Indonesia yang tercatat kurang baik juga melemahkan rupiah, tetapi kalau dibandingkan dengan tahun sebelumnya, datanya masih lebih baik,”kata Ibrahim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper