Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IHSG Mampu Ditutup Rebound, Lima Sektor Menguat

IHSG ditutup menguat 0,64% atau 37,27 poin ke level 5.859,08 setelah dibuka di zona hijau dengan penguatan 0,49% atau 28,50 poin ke level 5.850,31. Pada perdagangan Jumat (22/6), IHSG ditutup melemah hanya 0,01% atau 0,52 poin di posisi 5.821,81.
Karyawan beraktivitas di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (23/5/2018)./JIBI-Nurul Hidayat
Karyawan beraktivitas di dekat monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (23/5/2018)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA— Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu kembali ke zona hijau dan berakhir rebound pada akhir perdagangan hari ini, Senin (25/6/2018).

IHSG ditutup menguat 0,64% atau 37,27 poin ke level 5.859,08 setelah dibuka di zona hijau dengan penguatan 0,49% atau 28,50 poin ke level 5.850,31. Pada perdagangan Jumat (22/6), IHSG ditutup melemah hanya 0,01% atau 0,52 poin di posisi 5.821,81.

Meski sempat berbalik melemah di pertengahan sesi perdagangan, IHSG mampu kembali ke zona hijau hingga akhirnya ditutup menguat. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak pada kisaran 5.801,59-5.891,48.

Dari 587 saham yang diperdagangkan hari ini, sebanyak 170 saham menguat, 232 saham melemah, dan 185 saham stagnan.

Berdasarkan data Bloomberg, lima dari sembilan indeks sektoral IHSG berakhir di zona hijau, dipimpin sektor consumer yang menguat 2,94%, disusul sektor properti yang naik 0,77%.

Adapun empat sektor lainnya melemah dan menahan penguatan IHSG lebih lanjut, dipimpin oleh sektor pertanian yang melemah 1,20%.

Sejalan dengan IHSG, indeks Bisnis-27 ditutup menguat 0,83% atau 4,14 poin ke level 502,09, setelah dibuka di zona hijau dengan penguatn 0,78% atau 3,88 poin di posisi 501,83.

IHSG mampu menguat meski sempat tertekan pascarilis neraca perdagangan bulan Mei yang mencatatkan defisit, namun IHSG mampu membalikkan keadaan dan ditutup di zona hijau.

Badan Pusat Statistik mencatat defisit neraca perdagangan sebesar US$1,52 miliar pada Mei 2018. Pada Mei 2018, realisasi ekspor mencapai US$16,12 miliar. Namun, impornya tercatat lebih tinggi yakni menyentuh US$17,64 miliar.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menyatakan defisit tersebut dipicu oleh impor migas yang meningkat lebih tinggi, dipengaruhi oleh harga migas.

"Kami harapkan ke depannya kembali surplus karena akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal dua," ujarnya dalam konferensi pers hari ini, seperti dilansir Bisnis.com.

Berdasarkan tahun kalender, sepanjang Januari-Mei 2018, neraca perdagangan juga mengalami defisit sebesar US$2,83 miliar. Ini terjadi karena defisit migas yang mencapai US$5 miliar terutama hasil minyak dan minyak mentah. Di sisi lain, surplus non migas hanya US$2,19 miliar.

Saham-saham pendorong IHSG:

Kode

(%)

HMSP

+5,00

GGRM

+7,85

TLKM

+2,23

BBCA

+1,25

Saham-saham penekan IHSG:

 Kode

(%)

BBRI

-3,02

ADRO

-3,11

BBNI

-1,35

MYOR

-2,36

Sumber: Bloomberg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper