Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Tepung Kedelai China Melonjak Setelah Jatuhkan Tarif Balasan

Perdagangan berjangka tepung kedelai China melonjak 4,2% menjadi US$3.073 yuan per ton atau setara dengan US$476,75 per ton setelah Beijing menjatuhkan tarif sebesar 25% pada impor kedelai dari Amerika Serikat.
Kedelai/Reuters
Kedelai/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Perdagangan berjangka tepung kedelai China melonjak 4,2% menjadi US$3.073 yuan per ton atau setara dengan US$476,75 per ton setelah Beijing menjatuhkan tarif sebesar 25% pada impor kedelai dari Amerika Serikat.

Kenaikan tersebut merupakan lonjakan tertinggi sejak 9 April, saat pasar kembali dibuka setelah Beijing pertamakalinya mengajukan tarif pada komoditas kedelai AS sebagai pembalasan terhadap aturan perdagangan Trump terhadap China.

China membeli sekitar sepertiga pasokan kedelainya dari AS dan mengolahnya menjadi tepung untuk dijual sebagai pakan ternak dan menjadi pemasok pakan babi dan unggas terbesar di dunia.

Tarif baru tersebut akan mulai berlaku pada 6 Juli mendatang, diumumkan pada Jumat (15/6/2018) sebagai balasan untuk tarif yang dijatuhkan Trump pada barang konsumsi China, yang akan mendorong harga kedelai dan membuat harga tepung kedelai menjadi semakin mahal.

“Perubahan premium pada kedelai Brasil juga sangat tergantung pada hubungan perdagangan AS dan China,” kata Yang Linqin, analis Cofco Futures, dilansir dari Reuters, Selasa (19/6).

Perdagangan di China tutup pada Senin (18/6/2018) untuk libur bersama nasional China. Harga kedelai di perdagangan Chicago Board Of Trade (CBOT) anjlok 17,25 poin atau 1,85% menjadi US$914,25 per bushel, penurunan terbesar sejak Maret 2016.

Sementara itu, harga jagung CBOT turun 6,75 poin atau 1,85% menjadi US$358,75 per bushel, penurunan untuk lima sesi berturut karena adanya kekhawatiran akan meningkatnya tensi perang dagang antara Washington dan Beijing.

Premium harga kedelai China dari kedelai Chicago futures untuk pengiriman dari Brasil juga melonjak dalam beberapa hari belakangan setelah adanya peningkatan permintaan, kebanyakan dari pembeli asal China, dan adanya halangan logistik di Brasil telah mengurangi ketersediaan komoditas biji-bijian di pelabuhan untuk dikirimkan ke berbagai wilayah.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper