Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Iran Kecam Permintaan AS ke Saudi untuk Menaikkan Produksi Minyak

Iran mengatakan bahwa permintaan Amerika Serikat pada Arab Saudi untuk memompa minyak dalam jumlah yang lebih besar untuk menutupi kemerosotan ekspor Iran adalah tidak bijaksana.
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Iran mengatakan bahwa permintaan Amerika Serikat pada Arab Saudi untuk memompa minyak dalam jumlah yang lebih besar untuk menutupi kemerosotan ekspor Iran adalah tidak bijaksana.

Iran juga menegaskan bahwa OPEC tidak akan menghiraukan permohonan tersebut, mempersulit pembahasan pertemuan OPEC pada akhir bulan ini.

Iran, saingan Arab Saudi, punya sejarah meningkatkan tantangan pada pertemuan organisasi negara pengekspor minyak (OPEC). Sebelumnya, pada 2015, Teheran menolak menyetujui kebijakan OPEC, mengatakan bahwa OPEC seharusnya meningkatkan hasil produksi karena sanksi yang berkurang setelah melakukan kesepakatan nuklir dengan kekuatan dunia.

Presiden AS Donald Trump menarik kesepaktan nuklir itu bulan lalu dan mengumumkan sanksi tingkat tinggi pada Iran, produsen terbesar OPEC setelah Arab Saudi dan Irak.

“Itu gila, dan mengherankan, melihat instruksi itu datang dari AS meminta Saudi untuk bertindak menutupi kemerosotan ekspor Iran karena sanksi ilegal mereka terhadap Iran dan Venezuela,” tutur Gubernur OPEC dari Iran, Hossein Kazempour Ardebili, dikutip dari Reuters, Minggu (10/6/2018).

Sebelumnya pada April Trump sempat mengatakan lewat kicauan di akun twitternya bahwa harga minyak yang tinggi merupakan hal yang disengaja oleh OPEC.

Pemerintah AS juga secara tidak resmi meminta Arab Saudi dan sejumlah produsen OPEC untuk meningkatkan hasil produksinya sehari sebelum AS menjatuhkan sanksi baru ke Teheran.

Pada sanksi AS sebelumnya ke Teheran, yang bekerja sama dengan Uni Eropa, ekspor minyak Iran sudah jatuh lebih dari setengahnya menjadi kurang dari 1 juta barel per hari.

Saat ini, Uni Eropa tidak berniat ikut andil dalam sanksi yang baru dan meminta AS untuk memberikan keringanan pada perusahaan Uni Eropa untuk tetap dapat melanjutkan bisnis dengan Teheran.

Namun, banyak perusahaan Eropa yang sudah memutus hubungan dengann Teheran atas ketakutan sanksi kedua dari AS, yang berarti akan kehilangan akses ke sistem kliring dolar AS.

Sanksi AS pada industri minyak Iran akan mulai berpengaruh setelah 180 hari periode peralihan yang berakhir pada 4 November. Namun, sebelum periode tersebut habis, pengolah minyak Eropa sudah mengalihkan pembelian minyaknya dari Iran.

Iran telah meminta OPEC untuk mendikskusikan sanksi yang dinilai ilegal tersebut, pada pertemuan OPEC 22 Juni mendatang, yang juga akan membicarakan soal debat kebijakan produksi.

OPEC dan sekutunya yang dipimpin oleh Rusia telah memangkas total hasil produksi sebanyak 1,8 juta barel per hari sejak Januari 2017 dan kebijakan pemangkasan tersebut semestinya berakhir pada akhir 2018.

Namun, Arab Saudi dan Rusia mengatakan bahwa kebijakan pemangkasan tersebut akan dikurangi setelah menerima permohonan dari konsumennya, termasuk AS, Chna, dan India untuk mendorong pasokan global.

Kazempour memprediksi bahwa OPEC tidak akan menghiraukan permintaan AS itu dan mengatakan bahwa harga minyak akan melonjak sebagai respons untuk sanksi AS ke Iran dan Venezuela, yang penah dilakukan OPEC pada sanksi AS ke Iran sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Sumber : Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper