Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penguatan Dolar AS Menekan Harga Emas Berjangka

Setelah Sekretaris Menteri Keuangan Amerika Serikat Steven Mnuchin mengatakan bahwa perang dagang dengan China mereda, harga emas terjun karena terkena imbas oleh penguatan dolar AS sehingga permintaan aset safe-haven melambat.
Harga emas/Reuters
Harga emas/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA—Setelah Sekretaris Menteri Keuangan Amerika Serikat Steven Mnuchin mengatakan bahwa perang dagang dengan China mereda, harga emas terjun karena terkena imbas oleh penguatan dolar AS sehingga permintaan aset safe-haven melambat.

Pada perdagangan Senin (21/5) harga emas spot turun 5,16 poin atau 0,40% menjadi US$1.287 per troy ounce dari penutupan sebelumnya dan tercatat turun 1,14% selama tahun berjalan.

Adapun, harga emas Commodity Exchange turun 33,80 poin atau 0,29% menjadi US$1.287 per troy ounce dan turun 1,67% secara year-to-date (ytd).

Hedge funds dan sejumlah spekulator mengurangi prediksi bullish pada harga emas ke level terendah selama lebih dari 2 tahun terpicu oleh harga logam mulia yang turun ke bawah US$1.300 per troy ounce untuk pertama kalinya pada tahun ini, penurunan mingguan terbesar sejak Desember 2017.

“Saham AS melonjak karena Mnuchin mengatakan perang perdagangan AS dengan China ‘tertahan’ setelah dua kekuatan ekonomi terbesar dunia sepakat untuk menyelesaikan ancaman pajak dan melanjutkan perjanjian perdagangan yang lebih luas,” ungkap riset Ahmad, analis PT Monex Investindo Futures, dikutip Bisnis, Senin (21/5/2018).

Laporan harianMonex mengungkapkan bahwa harga emas berpotensi turun dengan support US$1.285 per troy ounce. Jika titik area tersebut terlewati, maka harga emas diproyeksikan akan tuurun menuju US$1.280 per troy ounce.

Sementara itu, resistan terdekat diproyeksikan pada harga US$1.294 per troy ounce. Apabila harga emas mampu melewati level tersebut, maka komoditas logam mulia berpeluang naik ke US$1.300 per troy ounce.

Steven Mnuchin dan penasihat ekonomi Presiden AS Donald Trump Larry Kudlow mengatakan, kesepakatan yang dicapai dalam diskusi antara AS dan China pada Sabtu (19/5) lalu menetapkan kerangka kerja untuk mengatasi ketidakseimbangan perdagangan global ke depan.

Sebelumnya, dolar AS menguat ke level tertinggi pada 2018 di tengah ekspektasi bahwa Federal Reserve akan kembali menaikkan suku bunga pada Juni mendatang sehingga membantu mendorong imbal hasil AS tenor 10 tahun dan menyurutkan minat pada aset tidak berbunga seperti emas.

Kenaikan risiko geopolitik, termasuk memanasnya isu perang dagang antara Washington dan Beijing dan kemunculan ketegangan antara AS dengan Korea Utara gagal membantu menaikkan permintaan pada logam mulia untuk dimanfaatkan sebagai aset.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper