Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emiten Tembakau Tekan Sektor Konsumer, Wall Street Melemah

Indeks Dow Jones Industrial Average melemah 83,18 poin atau 0,34% ke level 24.664,89, sedangkan indeks Standard & Poors 500 melemah 15,51 poin atau 0,57 ke 2.693,13 dan Nasdaq Composite turun 57,18 poin atau 0,78% ke 7.238,06.

Bisnis.com, JAKARTA – Tiga indeks utama Wall Street ditutup melemah pada perdagangan Kamis, (19/4/2018), dengan saham tembakau memimpin penurunan sektor konsumen.

Sementara itu, kekhawatiran mengenai permintaan smartphone menekan sektor teknologi, sedangkan meningkatnya imbal hasil obligasi dan pendapatan membantu rebound sektor finansial.

Indeks Dow Jones Industrial Average melemah 83,18 poin atau 0,34% ke level 24.664,89, sedangkan indeks Standard & Poor’s 500 melemah 15,51 poin atau 0,57 ke 2.693,13 dan Nasdaq Composite turun 57,18 poin atau 0,78% ke 7.238,06.

Pasar memangkas pelemahan di sesi akhir setelah Bloomberg melaporkan bahwa Deputi Jaksa Agung Rod Rosenstein mengatakan kepada Presiden Donald Trump pekan lalu bahwa ia bukan target penyelidikan dari Penasihat Khusus Robert Mueller mengenai Rusia. Laporan itu mengutip dua orang yang tidak disebutkan namanya yang mengetahui masalah ini.

Raksasa rokok Philip Morris International Inc menjadi penekan terbesar kedua pada indeks S&P menyusul kinerja yang lebih lemah dari yang diperkirakan. Selain Philip Morris, emiten tembakau Altria juga menjadi penekan indeks.

Peringatan dari Taiwan Semiconductor (TSMC), pembuat chip kontrak terbesar di dunia dan pemasok chip untuk Apple Inc, mengenai lemahnya permintaan smartphone dan pertumbuhan industri tahun ini memicu jatuhnya saham emiten produsen chip dan menjadikan Apple juga sebagai salah satu penekan indeks S&P.

Bersamaan dengan hasil kinerja Philip Morris dan Procter & Gamble Co, sektor defensif seperti konsumer juga dirugikan oleh kenaikan yield obligasi Treasury A bertenor 10 tahun, yang membantu saham finansial.

"Ini cukup banyak dipengaruhi oleh pergerakan di pasar obligasi," kata Stephen Massocca, wakil presiden senior di Wedbush Securities di San Francisco, seperti dikutip Reuters.

Ketika imbal hasil tinggi, investor lebih menyukai obligasi dari pada sektor defensif seperti barang kebutuhan pokok dan real estat, yang menjanjikan dividen tinggi dan pertumbuhan yang lambat dan dapat diprediksi. Tetapi bank menguntungkan karena suku bunga yang tinggi dapat meningkatkan laba mereka.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper