Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Posisi Kontrak Minyak Sawit Mentah Menguat

Perdagangan minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil berjangka di bursa Malaysia rebound setelah kehilangan 1% pada penutupan perdagangan di Bursa Malaysia Derivatives atau MDE Selasa (17/4/2018).
Petani memindahkan kelapa sawit hasil panen ke atas truk di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (4/4/2018)./JIBI-Rachman
Petani memindahkan kelapa sawit hasil panen ke atas truk di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Rabu (4/4/2018)./JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA – Perdagangan minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil berjangka di bursa Malaysia rebound setelah kehilangan 1% pada penutupan perdagangan di Bursa Malaysia Derivatives atau MDE Selasa (17/4/2018).

Posisi itu dibukukan setelah tercatat merugi 6 hari berturut-turut, terdorong oleh kenaikan perdagangan minyak kedelai dalam perdagangan berjangka di Chicago Board of Trade (CBOT).

Pada penutupan perdagangan Selasa (17/4/2018) minyak kelapa sawit pengiriman Juli 2018 di MDE terdongkrak 1,7% menjadi 2.408 ringgit atau senilai US$619,36 per ton, kenaikan tertinggi harian sejak awal tahun.

Chandran Sinnasamy, broker perdagangan berjangka CIMB, mengungkapkan bahwa rebound pada Selasa tersebut dinilai berlebihan karena India belum mengumumkan perubahan harga bea impor.

“Kekhawatiran akan semakin dekatnya siklus produksi CPO berlebih juga menjadi penyebab harga CPO tertekan,” ujar Chandran.

Harga CPO mengalami kenaikan terbesar selama 3 bulan pada Selasa lalu dengan spekulasi karena India menaikan bea impor untuk pengiriman minyak nabati namun tidak termasuk CPO.

Marcello Cultrera, manajer penjualan Okachi Malaysia di Kuala Lumpur mengatakan, “spekulasi pedagang menyatakan naiknya harga karena mengalami oversold. Faktor lainnya yaitu dengan ekspektasi bahwa India akan menaikan bea impor.”

Dia menambahkan bahwa perbaikan kondisi perdagangan minyak kedelai di CBOT juga karena perjualan CPO.

Sebagai informasi, harga minyak kedelai untuk pengiriman Juli di CBOT tercatat naik 0,6% atau 0,31 poin, sementara itu kedelai naik 0,4% menjadi US$10,57 per bushel.

Pergerakan harga CPO dipengaruhi oleh pergerakan minyak nabati lainnya, seiring mereka berkompetisi dalam perdagangan minyak nabati global.

Dikutip dari Bloomberg, Departemen Pertanian AS (USDA) mengatakan produksi CPO selama 12 bulan yang dimulai pada 1 Oktober lalu diprediksi mengalami peningkatan menjadi 2 juta ton dari 20,5 juta ton terhitung selama satu tahun dan 18,58 juta ton dalam dua tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper