Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lima Sektor Tertekan, IHSG Melemah di Akhir Sesi I

IHSG melemah 0,1% atau 6,34 poin ke level 6.592,58 di akhir sesi I, setelah dibuka dengan pelemahan 0,05% atau 3,07 poin di level 6.595,86. Adapun pada perdagangan Selasa (27/2), IHSG ditutup menguat 0,68% atau 44,25 poin di level 6.598,93.

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah pada akhir sesi I perdagangan hari ini, Rabu (27/2/2018), seiring dengan pelemahan lima sektor saham.

IHSG melemah 0,1% atau 6,34 poin ke level 6.592,58 di akhir sesi I, setelah dibuka dengan pelemahan 0,05% atau 3,07 poin di level 6.595,86. Adapun pada perdagangan Selasa (27/2), IHSG ditutup menguat 0,68% atau 44,25 poin di level 6.598,93.

Sepanjang perdagangan hari ini IHSG bergerak pada kisaran 6.564,48 - 6.599,73. Sebanyak 151 saham menguat, 168 saham melemah, dan 253 saham stagnan dari 572 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Lima dari sembilan indeks sektoral IHSG bergerak negatif dengan tekanan utama dari sektor aneka industri yang melemah 0,73%, disusul sektor finansial dengan pelemahan 0,5%.

Adapun empat sektor lainnya menahan pelemahan IHSG lebih lanjut, dipimpin oleh sektor pertanian dengan penguatan 1,70%.

Sementara itu, mayoritas indeks saham lainnya di Asia Tenggara juga melemah siang ini, dengan indeks FTSE Straits Time Singapura (-0,07%), indeks FTSE Malay KLCI (-0,44%), dan indeks PSEi Filipina yang melemah 1,04%. Adapun indeks SE Thailand menguat 0,43%.

Bursa saham Asia cenderung melemah pada perdagangan hari ini setelah minat investor terhadap aset berisiko berkurang menyusul pidato hawkish dari Gubernur Federal Reserve Jerome Powell.

Menyampaikan testimoninya di depan Komite Jasa Keuangan Dewan Perwakilan Rakyat AS pada Selasa (27/2/2018) waktu setempat, Powell mengakui bahwa ekonomi telah menguat beberapa waktu terakhir.

Pernyataan ini mendorong investor meningkatkan spekulasi penaikan suku bunga sebanyak empat kali oleh bank sentral AS tersebut sepanjang tahun ini. Padahal, proyeksi ekonomi terakhir yang dilakukan The Fed pada Desember tahun lalu menunjukkan kenaikan sebanyak tiga kali tahun ini.

"Pidato  ini menyoroti kepada pelaku pasar bahwa pada pertemuan bulan Maret suku bunga AS akan naik, menandakan adanya empat kali kenaikan, bukan hanya tiga kali di tahun 2018," kata Michelle Girard, kepala Ekonom AS di NatWest Markets, seperti dikutip Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper