Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kurs Rupiah Terbilang Gemilang Terdampak Ekonomi AS

Pergerakan rupiah pada awal pekan ini terbilang bergerak cukup positif kendati mengalami tekanan dari ekspektasi kenaikan tingkat suku bunga AS.
Uang dolar AS./JIBI-Abdullah Azzam
Uang dolar AS./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan rupiah pada awal pekan ini terbilang bergerak cukup positif kendati mengalami tekanan dari ekspektasi kenaikan tingkat suku bunga AS.

Hussein Sayed, Chief Market Strategist FXTM menuturkan, rupiah membuka pekan trading dengan gemilang.

Rupiah tercatat mengalami penguatan, sejalan dengan apresiasi mayoritas mata uang Asia terhadap dolar AS. Pada perdagangan Senin (26/2/2018) rupiah ditutup menguat 8 poin atau 0,06% menjadi Rp13.660 per dolar AS setelah dibuka apresiasi 7 poin atau 0,05% di level Rp13.661 per dolar AS.

Sementara pada perdagangan Selasa (27/2/2018), harga dibuka menguat 8 poin atau 0,06% di level Rp13.652 per dolar AS. Kendati demikian, harga berbalik melemah, pada pukul 12.56 WIB terpantau bergerak melemah ke level Rp13.667 per dolar AS.

“Walaupun rupiah tertekan terhadap ekspektasi kenaikan suku bunga, namun tekanan ini dapat ditahan oleh prospek ekonomi Indonesia yang menjanjikan,” papar Sayed dalam publikasi risetnya, Selasa (27/2/2018).

Menurutnya, sinyal pertumbuhan ekonomi yang positif di Indonesia meningkatkan optimisme terhadap Negeri Garuda, sehingga rupiah dapat semakin kuat. Menariknya, Indeks Harga Saham Gabungan merosot 0,98% dan ditutup di 6.554,673 pada Senin (26/2).

“Saham global menguat di sesi perdagangan Senin setelah pantulan yang dialami Wall Street di Jumat, jadi sepertinya aksi jual yang dialami IHSG mungkin dipengaruhi oleh upaya ambil untung (profit taking),” lanjutnya.

Sayed menambahkan, saat ini pasar saham Asia tengah bergairah, mengikuti arah positif Wall Street di akhir pekan lalu dimana bullish terlihat memegang kendali setelah S&P mengalami reli 1,6% pada Jumat dan imbal hasil treasury bergerak semakin jauh dari level kritis 3%.

Adapun, reli yang luas tersebut dipimpin oleh sektor utilitas, energi, dan teknologi. “Ini mengisyaratkan bahwa investor mengabaikan kekhawatiran terhadap kenaikan suku bunga,” jelasnya.

Kendati demikian, Sayed menyarankan agar investor tidak bersantai dulu lantaran pekan ini merupakan pekan yang sibuk, didominasi oleh testimoni Gubernur The Federal Reserve baru Jerome Powell di hadapan Kongres AS serta rilis data penting dari AS dan Eropa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Eva Rianti

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper