Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KINERJA 2017: Garuda Indonesia (GIAA) Alami Kerugian US$67,6 Juta

Emiten penerbangan milik negara, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. membukukan rugi bersih sepanjang 2017 sebesar US$67,6 juta. Kondisi itu berbalik dari raihan laba bersih sebesar US$9,36 juta pada 2016.
Dirut Garuda Indonesia Pahala Nugraha Mansury (dari kanan) mencoba kanal GarudaShop didampingi oleh Vice President Anchillary Revenue Selfie Dwiyanti,  Business Development JD.ID Timothy William, dan Presdir Zhang Li dalam peluncuran GarudaShop di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (13/2)./JIBI-Felix Jody Kianarwan
Dirut Garuda Indonesia Pahala Nugraha Mansury (dari kanan) mencoba kanal GarudaShop didampingi oleh Vice President Anchillary Revenue Selfie Dwiyanti, Business Development JD.ID Timothy William, dan Presdir Zhang Li dalam peluncuran GarudaShop di Terminal 3 Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (13/2)./JIBI-Felix Jody Kianarwan

Bisnis.com, JAKARTA -- Emiten penerbangan milik negara, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. membukukan rugi bersih sepanjang 2017 sebesar US$67,6 juta. Kondisi itu berbalik dari raihan laba bersih sebesar US$9,36 juta pada 2016.

Pada 2017, kerugian yang dibukukan emiten berkode saham GIAA ini sebesar US$67,6 juta belum memperhitungkan extraordinary item. Dengan memperhitungkan extraordinary item, rugi Garuda Indonesia mencapai US$213,4 juta atau membengkak lebih dari tiga kali lipat.

Tahun lalu, GIAA meraup pendapatam sebesar US$4,2 miliar atau naik 8,1% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Direktur Utama Garuda Indonesia (Persero) Pahala N. Mansury mengungkapkan pada tahun lalu, memang ada pos-pos khusus yang menyebabkan kerugian GIAA mencapai US$213,4 juta.

"Pos-pos khusus itu misalnya berpartisipasinya Garuda Indonesia pada proses tax amnesty dan perseroan harus membayar denda kepada Australia," ungkap Pahala dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (26/2).

Pahala merujuk pada gugatan dari Australia atas bisnis kargo perseroan yang berujung pada Garuda Indonesia harus membayar denda sebesar US$7,5 juta pada tahun lalu.

Adapun, secara konsolidasi, beban perseroan pun meningkat cukup signifikan yaitu sebesar 13% menjadi US$4,25 miliar dari sebelumnya US$3,8 miliar. Kenaikan beban terbesar yaitu dari bahan bakar yang naik 25% pada 2017 menjadi US$1,15 miliar dari sebelumnya US$924 juta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dara Aziliya
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper