Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aksi Jual Saham oleh Asing masih Berlanjut

Sepanjang pekan ini, aksi jual oleh investor asing telah mencapai Rp3,34 triliun dan diprakirakan masih akan berlanjut pada pekan depan.
Pengunjung beraktivitas di dekat papan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di Jakarta, Jumat (26/1/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan
Pengunjung beraktivitas di dekat papan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di Jakarta, Jumat (26/1/2018)./JIBI-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA—Sepanjang pekan ini, aksi jual oleh investor asing telah mencapai Rp3,34 triliun dan diprakirakan masih akan berlanjut pada pekan depan.

Analis PT Samuel Sekuritas Indonesia Muhamad Alfatih menuturkan, kemungkinan untuk net sell pada pekan depan masih akan terjadi, akan tetapi tidak akan banyak. Menurutnya, keluarnya dana asing dari pasar saham tak serta merta meninggalkan Indonesia, akan tetapi terjadi peralihan investasi ke obligasi.

“Sekarang investor lagi mengurangi porsi di saham,” ungkapnya di Jakarta, Kamis (14/2/2018).

Selain itu, kinerja indeks harga saham gabungan pada pekan diprediksi berpotensi kembali positif.  Adapun level support yang diproyeksikan Alfatif adalah 6.575. Bila IHSG turun melewati level support, maka kinerja IHSG berpotensi mengalami koreksi.

Menurutnya, dampak yang mempengaruhi adalah faktor global seperti rencana The Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga acuan. Baru-baru ini, Bank Indonesia juga masih tetap mempertahankan, BI 7-day reverse repo rate (7DRRR) sebesar 4,25%, dengan suku bunga deposit facility tetap sebesar 3,5% dan lending facility tetap sebesar 5%.

Bank Indonesia mempertahankan 7DRRR dalam rangka menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta turut mendukung pemulihan ekonomi domestik. BI memandang bahwa pelonggaran kebijakan moneter yang telah ditempuh sebelumnya telah memadai untuk terus mendorong momentum pemulihan ekonomi domestik. 

Menurutnya, keputusan rapat dewan gubernur Bank Indonesia untuk mempertahankan 7DRRR sudah tepat, karena selisih suku bunga di Indonesia dengan Fed Fund Rate sekitar 2,75%-3%. Alasan itu, menjadikan Indonesia sebagai negara yang memberikan return yang lebih baik dibandingkan dengan negara lain.

Dari sisi domestik, Alfatih menilai, kinerja pasar modal Indonesia, masih akan sangat bergantung pada pertumbuhan ekonomi domestik dan stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar.

JPMorgan Chase & Co menambahkan sinyal lainnya bahwa investor telah menjual lebih banyak likuiditas daripada membongkar utang yang susah dijual saat gejolak ekuitas. Derivatif yang terikat dengan obligasi korporasi bergerak lebih banyak daripada underlying cash debt pekan lalu.

Gene Neavin, Manajer Keuangan Federated Investors Inc meanggapi, dengan rendahnya inflasi, rendahnya suku bunga, dan rendahnya volatilitas akan segera berakhir, “sehingga investor menyadari bahwa pesta The Fed telah usai.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper