Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Stabil Jelang Rapat The Fed, Rupiah Melemah Lagi

Pergerakan nilai tukar rupiah berakhir melemah pada perdagangan hari ketiga berturut-turut, Selasa (30/1/2018), sejalan dengan depresiasi mayoritas mata uang Asia terhadap dolar AS.
Uang rupiah./Bloomberg-Brent Lewin
Uang rupiah./Bloomberg-Brent Lewin

Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan nilai tukar rupiah berakhir melemah pada perdagangan hari ketiga berturut-turut, Selasa (30/1/2018), sejalan dengan depresiasi mayoritas mata uang Asia terhadap dolar AS.

Rupiah ditutup melemah 0,51% atau 68 poin di Rp13.434 per dolar AS. Pagi tadi, rupiah dibuka dengan depresiasi 19 poin atau 0,14% di posisi 13.385, setelah pada perdagangan Senin (29/1/2018) berakhir melemah 0,45% atau 60 poin di posisi 13.366.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah bergerak di kisaran Rp13.374 – Rp13.442 per dolar AS sepanjang perdagangan hari ini.

Sementara itu, mayoritas mata uang lainnya di Asia terpantau melemah, dipimpin won Korea Selatan sebesar 0,76% dan rupiah. Pelemahan kedua mata uang tersebut diikuti ringgit Malaysia dan peso Filipina yang masing-masing melemah 0,44% dan 0,38%.

Di sisi lain, yen Jepang dan renminbi China terpantau terapresiasi 0,3% dan 0,05%.

Adapun indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama hari ini terpantau naik 0,04% atau 0,033 poin ke level 89,341 pada pukul 16.46 WIB.

Sebelumnya, indeks dolar dibuka dengan kenaikan 0,134 poin atau 0,15% di level 89,442, setelah pada perdagangan Senin (29/1) berakhir menguat 0,27% di posisi 89,308.

Dilansir Reuters, dolar mengalami peningkatan terhadap sekelompok mata uang utama dunia menjelang pertemuan The Federal Reserve dan rilis laporan pekerjaan AS. Pertemuan The Federal Reserve/ Federal Open Market Committee (FOMC) akan berlangsung dua hari 30-31 Januari 2018.

Data Reuters menunjukkan ekspektasi pasar sekitar 3 kali kenaikan suku bunga The Fed tahun ini, dimulai dari Maret 2018.

Namun, beberapa analis, termasuk di Goldman Sachs dan J.P Morgan Asset Management memproyeksikan bahwa The Fed akan menaikkan suku bunga sebanyak 4 kali.

Pelaku pasar juga tengah menunggu laporan Departemen Tenaga Kerja AS yang akan dirilis pada Jumat di pekan ini yang mencakup data nonfarm payroll (NFP), rata-rata penghasilan per jam, dan tingkat pengangguran. Sementara itu, imbal hasil obligasi AS melonjak menjadi tertinggi dalam tiga tahun pada Senin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper