Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Sektor Konstruksi Dapat Angin Segar

Perusahaan konstruksi milik negara akan mendapat keuntungan dari upaya pemerintah yang semakin menggenjot pembangunan infrastruktur menjelang pemilihan presiden tahun depan
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Komitmen pemerintah untuk membangun infrastruktur dan meningkatkan konektivitas di seluruh Indonesia mulai memberi dampak positif bagi saham-saham konstruksi.

Pasalnya, beberapa proyek jalan akan selesai pada tahun ini, sehingga beberapa perusahaan konstruksi akan mendapat modal baru untuk membiayai proyek lainnya.

Sejak 2015 hingga 2019, pemerintah mengalokasikan total belanja infrastruktur sebesar Rp 1.375 triliun, naik cukup signifikan bila dibandingkan alokasi belanja sejak 2005 - 2014, sebesar Rp 921 triliun.

Dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018, pemerintah menganggarkan belanja infrastruktur sebesar Rp 410,7 triliun yang akan dipakai untuk pembangunan berbagai infrastruktur di seluruh Indonesia diantaranya 865km jalan baru, 25km jalan tol, 8.695km jembatan, pembangunan bandar udara di 8 lokasi dan juga untuk pembangunan jalur kereta api.

''Perusahaan konstruksi milik negara akan mendapat keuntungan dari upaya pemerintah yang semakin menggenjot pembangunan infrastruktur menjelang pemilihan presiden tahun depan,'' kata Analis Bahana Sekuritas Ricky Ho.

''Sehingga perusahaan konstruksi mampu mencatatkan rekor tertinggi atas perolehan kontrak dan kinerja keuangan pada akhir tahun lalu," lanjut Ricky.

Melihat keberlanjutan pembangunan infrastruktur dibawah kepemimpinan Joko Widodo yang ingin mengejar ketertinggalan dibanding infrastruktur di Negara Asia Tenggara lainnya,

Bahana Sekuritas merekomendasikan beli untuk semua saham BUMN konstruksi dengan pilihan utama adalah PT Waskita Karya, PT Wijaya Karya, PT Pembangunan Perumahan dan PT Adhi Karya.

Bahana menilai kinerja Waskita akan semakin melaju dalam tahun ini, karena perusahaan berkode saham WSKT ini akan mendapat modal baru dari pembayaran proyek LRT yang ada di Sumatra Selatan sebesar Rp10 triliun dan pembayaran sebesar Rp6,1 triliun dari proyek Jaringan Transmisi Sumatera yang telah selesai dikerjakan. Sehingga perseroan memiliki ruang lebih besar untuk mengerjakan proyek-proyek baru.

WSKT melalui anak usahanya Waskita Toll Road (WTR) juga berencana melakukan divestasi atas seksi Trans Java yang diperkirakan akan selesai dikerjakan pada tahun ini.

Ada beberapa cara yang akan ditempuh oleh Waskita yakni menjual seluruh atau satu persatu jalan tol yang dikerjakan secara langsung kepada investor, atau menyatukan jalan tol milik WTR dengan milik Jasa Marga baru kemudian melakukan penawaran perdana saham atau initial public offering (IPO), namun bisa juga WTR langsung menjajaki IPO atau melakukan right issue.

''Kemungkinan terbesar jalan yang akan diambil adalah pilihan pertama dan kedua, dengan perkiraan perolehan dana sekitar Rp 4 triliun - Rp 4,9 triliun,'' papar Ricky.

Ada kebutuhan bagi Waskita untuk melakukan divestasi pada paruh pertama tahun ini, karena kebanyakan jalan tol yang dikerjakan akan selesai pada tahun ini. Bahana merekomendasikan beli dengan target harga Rp 3.500/lembar.

Anak usaha PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI) ini merekomendasikan beli saham Wijaya Karya dengan target harga Rp2.200/lembar karena perseroan banyak terlibat dalam proyek pembangunan jalur kereta api, yang akan menjadikannya sebagai BUMN konstruksi untuk mengerjakan berbagai proyek kereta kedepannya.

Berdasarkan data proyek nasional, Bahana memperkirakan perusahaan berkode saham WIKA ini akan mengantongi $36,3 miliar proyek jalur kereta kedepannya, untuk seluruh Indonesia. Perseroan juga sudah memiliki tata kelola perusahaan yang kuat dengan neraca keuangan yang sehat.

PT Pembangunan Perumahan juga direkomendasikan beli dengan target harga Rp 3.500/lembar karena perseroan memiliki posisi yang kuat untuk mengerjakan proyek pelabuhan dan pembangkit listrik dengan neraca keuangan yang sehat sehingga diperkirakan margin akan membaik kedepannya.

Berdasarkan perkiraan Bahana, perusahaan berkode saham PTPP ini bakal mengantongi kontrak sekitar $27 miliar untuk proyek pelabuhan dan pembangkit listrik, meski ada risiko lambatnya eksekusi proyek karena ada permasalahan PLN.

Sekuritas milik negara ini merekomendasikan beli saham Adhi Karya (ADHI) dengan target harga Rp 2.400/lembar karena masalah perseroan terkait pendanaan pembangunan LRT telah mencapai kata sepakat dengan PT Kereta Api Indonesia.

Setelah pembayaran tahap pertama dilakukan pada pertengahan Januari 2018, PT KAI ke depannya akan melakukan pembayaran setiap kuartal, sesuai dengan perkembangan proyek. ADHI juga akan membangun daerah komersial di sekitar stasiun perhentian LRT atau disebut juga Transit-Oriented Development (TOD) di 19 lokasi, sehingga akan berdampak positif bagi kinerja perseroan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Fajar Sidik
Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper