Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Borneo Olah Sarana (BOSS) Bidik Rp240 Miliar dari IPO

Calon emiten pertambangan PT Borneo Olah Sarana Sukses (BOSS) mematok harga penawaran umum saham perdana di kisaran Rp350Rp600 per lembar. Artinya, perusahaan berpotensi meraih dana hasil IPO senilai Rp140 miliarRp240 miliar.
Direktur Utama PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk Freddy Tedjasasmita (ketiga kanan) berbincang dengan Komisaris Independen Supandi WS (dari kiri), Komisaris Johannes Halim, Komisaris Utama Freddy Setiawan, disaksikan Direktur Widodo Nurly Sumady, dan Direktur Reza Pranata, sebelum penawaran perdana saham perseroan di Jakarta, Rabu (24/1)./JIBI-Endang Muchtar
Direktur Utama PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk Freddy Tedjasasmita (ketiga kanan) berbincang dengan Komisaris Independen Supandi WS (dari kiri), Komisaris Johannes Halim, Komisaris Utama Freddy Setiawan, disaksikan Direktur Widodo Nurly Sumady, dan Direktur Reza Pranata, sebelum penawaran perdana saham perseroan di Jakarta, Rabu (24/1)./JIBI-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA — Calon emiten pertambangan PT Borneo Olah Sarana Sukses (BOSS) mematok harga penawaran umum saham perdana di kisaran Rp350—Rp600 per lembar. Artinya, perusahaan berpotensi meraih dana hasil IPO senilai Rp140 miliar—Rp240 miliar.

Direktur PT Victoria Sekuritas Indonesia Wisnu Widodo mengatakan, perusahaan berencana melepas 400 juta saham baru dengan nominal Rp100. Bertindak sebagai penjaimin pelaksana efek ialah PT Victoria Sekuritas Indonesia.

Aksi korporasi ini memiliki jadwal masa penawaran awal pada 24-26 Januari 2018. Perkiraan masa penawaran umum ialah 9-13 Februari 2018.

Tanggal penjatahan saham dilakukan pada 15 Februari 2018, serta pengembalian uang pemesanan dan distribusi saham secara elektronik dilaksanakan pada 20 Februari 2018. Adapun, pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 21 Februari 2018.

BOSS memberikan harga penawaran Rp350—Rp600 per saham. Artinya, perusahaan berpotensi mengantongi dana hasil IPO sejumlah Rp140 miliar—Rp240 miliar.

“Kami optimistis penyerapan akan bagus. Penawaran dilakukan ke investor domestik dana asing, meski kami melihat investor domestik saat ini lebih dominan,” paparnya setelah acara due diligence meeting dan public expose, Rabu (24/1/2018).

Menurutnya, ada 4 poin yang bisa menjadi pertimbangan investor dalam membeli saham BOSS. Pertama, momentum kembali bergairahnya industri batu bara, sehingga kinerja keuangan perusahaan berpotensi meningkat.

Selain itu, momentum IPO pada awal 2018 terbilang tepat karena indeks harga saham gabungan (IHSG) mengalami periode bullish. Oleh karena itu, BOSS mengejar kesempatan menjadi perusahaan kedua yang melantai di BEI tahun ini.

Kedua, karakteristik produk batu bara perseroan yang premium karena memiliki kalori tinggi di atas 6.000 kilokalori per kilogram (kkal/kg), serta kandungan abu dan sulfur yang rendah.

Ketiga, BOSS baru mengoperasikan 10% dari izin konsensi lahan tambang seluas 16.000. Hal ini penting untuk kelangsungan bisnis perusahaan dalam jangka panjang

Keempat, perusahaan mendapatkan dana dari Pemerintah Jepang melalui Japan Oil Gas Metal Corporation (JOGMEC) pada 2016. Sentimen ini tentunya memberikan persepsi positif bagi calon investor.

Wisnu menambahkan, proyeksi rerata price to earning ratio (PE) BOSS dalam periode 2018—2019 ialah 3x—5x. Nilai itu lebih rendah dibandingkan emiten sektor sejenis.

“Kami melihat valuasi cukup murah, masih single digit antara 3x—5x,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper