Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Irak Meminta Pembatasan Produksi Minyak Dipertahankan

Irak bergabung dengan Uni Emirat Arab, Qatar, dan Oman untuk meminta Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan non-OPEC mempertahankan kebijakan pengetatan produksi minyak hingga akhir tahun.
ilustrasi/Reuters
ilustrasi/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA — Irak bergabung dengan Uni Emirat Arab, Qatar, dan Oman untuk meminta Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan non-OPEC mempertahankan kebijakan pengetatan produksi minyak hingga akhir tahun.

Irak dan tiga negara itu meminta agar langkah tersebut tetap dipertahankan, kendati harga minyak telah mengalami kenaikan dalam beberapa waktu terakhir. Seperti diketahui, saat ini tengah berkembang isu yang menyebutkan bahwa OPEC akan memangkas jangka waktu pengetatan produksi minyak globalnya. Adapun, sesuai perjanjian pada November lalu, kebijakan pengetatan produksi akan dilakukan hingga akhir 2018.

“Ada beberapa sumber yang mengatakan bahwa pasar minyak telah bangkit, maka ada baiknya pengetatan produksi dicabut. Bagi saya itu adalah penilaian yang salah, dan saya tidak setuju,” kata  Menteri Perminyakan Irak Jabbar al-Luaibi, seperti dikutip dari Bloomberg, Minggu (14/1).

Harga minyak global sendiri telah mengalami kenaikan yang signifikan pada pekan lalu. Harga minyak mentah Brent berhasil menembus US$70,05 per barel pada Kamis (11/1) sebelum akhirnya ditutup pada level US$69,87 per barel pada Jumat (12/1) di London.

Sebelumnya, Uni Emirat Arab memprediksi, tidak akan ada perubahan besar dalam kebijakan OPEC terkait harga minyak baru-baru ini. Menteri Energi UEA Suhail Al Mazrouei mengatakan, kenaikan harga tersebut hanya akan berjalan dalam waktu singkat.

Sementara itu, Menteri Energi Qatar Mohammed bin Saleh Al Sada mengatakan kepada kantor berita Qatar News bahwa OPEC seharusnya hanya akan meninjau ulang kebijakannya, jika harga minyak mentah kembali mencapai harga normal pada lima tahun lalu.

Di sisi lain, Iran mengaku khawatir, kebijakan OPEC tersebut tidak akan terlalu berpengaruh pada pasar minyak global pada tahun ini. Pasalnya, Amerika Serikat mengindikasikan untuk memacu produksi shale oil pada 2018, sehingga akan menciptakan banjir stok secara global.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper