Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS di Level Terlemah dalam 3 Tahun

Indeks dolar AS terjerembab ke level terendah lebih dari tiga tahun seiring dengan menguatnya mata uang euro dan rencana China mengurangi obligasi AS.
Uang dolar AS./JIBI-Abdullah Azzam
Uang dolar AS./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTAIndeks dolar AS terjerembab ke level terendah lebih dari tiga tahun seiring dengan menguatnya mata uang euro dan rencana China mengurangi obligasi AS.

Pada penutupan perdagangan Jumat (12/1/2018) waktu setempat atau Sabtu pagi WIB, indeks dolar AS turun 0,878 poin atau 0,96% menuju 90,974. Ini merupakan level terendah sejak 26 Desember 2015 di posisi 90.030.

Sementara itu, mata uang euro dalam waktu yang sama menguat 1,41% atau 0,017 menuju 1,2202 per dolar AS.

Indeks dolar AS (DXY) merupakan perbandingan greenback terhadap enam mata uang utama dunia. Besar bobot masing-masing mata uang ditentukan oleh Federal Reserve berdasarkan pengaruhnya terhadap perdagangan Amerika Serikat. Kebijakan ini belaku sejak 1973.

Bobot yang paling besar terhadap DXY adalah mata uang Euro (EUR) sebesar 57,6%, disusul yen (JPY) 13,6%, poundsterling (GBP) 11,9%, dolar Kanada 9,1%, krona Swedia 4,2%, dan franc Swiss 3,6%.

Minh Trang, senior currency trader Silicon Valley Bank Santa Clara, California., menyampaikan sepanjang tahun ini, indeks dolar turun 1,28%, kinerja terburuknya selama sembilan hari perdagangan pertama tahun ini sejak 2010.

"Komentar ECB terbaru sedikit di sisi hawkish, jadi itu memberi lebih banyak kehidupan ke euro," tuturnya seperti dikutip dari Reuters hari ini Sabtu (13/1/2018).

Senior Research and Analyst Asia Trade Point Futures (ATPF) Andri Hardianto menyampaikan, greenback mengalami tekanan besar setelah China berencana mengurangi kepemilikan obligasi pemerintah AS.

“Kondisi ini membuat pelaku pasar melepas aset keuangan berdenominasi dolar AS. Tekanan dolar juga bertambah karena pasar pesimis terhadap laju inflasi AS yang dirilis pekan depan,” ujarnya kepada Bisnis.com.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper