Bisnis.com, JAKARTA - Mirae Asset Sekuritas Indonesia memperkirakan harga batu bara menghadapi dua risiko kenaikan jangka pendek yaitu harga minyak dunia yang lebih tinggi dan tertundanya alat berat yang bisa menjadi kendala produksi dan dapat mengangkat harga.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Andy Wibowo Gunawan menjelaskan pihaknya mempertahankan posisi overweight di sektor batu bara karena perkiraan harga batubara 2018F setahun penuh tetap pada US$80,0/ton.
Namun, pihaknya memperkirakan harga batubara global pada semester I/2018 akan melunak dari level saat ini sebesar US$105/ton, mengingat cuaca yang lebih baik di China selama semester pertama sehingga dapat memicu perlambatan permintaan batubara China.
"Adapun saham top pick masih tetap Adaro Energy (ADRO/Buy/TP IDR2.425) karena produk batubara ramah lingkungan. Sementara itu, kita melihat dua risiko kenaikan jangka pendek yaitu harga minyak dunia yang lebih tinggi dan tertundanya alat berat yang bisa menjadi kendala bagi produksi batubara," jelasnya dalam riset yang diterima Bisnis.com, hari ini Senin (8/1/2018).
Dalam jangka menengah, pihaknya melihat permintaan batubara tetap solid dengan penambahan kapasitas produksi pembangkit listrik termal. Menurutnya, China sebagai produsen batubara terbesar akan menjaga produksinya agar harga batubara global tetap wajar (>US$80/ton) karena pusat batubara di China memberikan kontribusi 19,9% terhadap total PDB pada tahun 2015.
Dengan kebijakan pengurangan polusi dan naiknya penambahan kapasitas PLTU di China, kami yakin ekspor brown coal Indonesia akan meningkat.
Adapun saham yang perlu diperhatikan terkait sektor ini:
ADRO TP IDR2.425
PTBA TP IDR3.225
ITMG TP IDR24.300
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel