Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ledakan Pipa di Libya, WTI Dekati Level US$60 per Barel

Harga minyak mentah Amerika Serikat mendekati level SS$60 per barel menyusul sebuah ledakan pada jaringan pipa di Libya dan perkiraan bullish di Arab Saudi.
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters
Prediksi Harga Minyak WTI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah Amerika Serikat mendekati level US$60 per barel menyusul sebuah ledakan pada jaringan pipa di Libya dan perkiraan bullish di Arab Saudi.

Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman Februari menguat terpantau melemah 0,28% atau 0,17 poin ke level US$59,80 pada pukul 6.40 WIB. Sebelumnya, WTI ditutup menguat 1,50 poin di level US$59,97 per barel, level tertinggi sejak Juni 2015.

Sementara itu, minyak Brent untuk pengiriman Februari melonjak 2,71% atau 1,77 poin ke level U$67,02 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London, level tertinggi sejak Mei 2015.

Dilansir Bloomberg, sebuah pipa yang dioperasikan oleh Waha Oil yang membawa minyak mentah ke terminal ekspor terbesar Libya meledak pada hari Selasa, menjatuhkan output negara tersebut sebesar 70.000-100.000 barel per hari. Sementara itu, Arab Saudi dikatakan mengharapkan pendapatan minyak naik 80% pada 2023.

"Ledakan ini hanya pengingat akan premi risiko geopolitik yang akan menghantui pasar ini sepanjang tahun depan," kata John Kilduff, partner di Again Capital LLC, seperti dikutip Bloomberg.

Output Waha Oil turun 60.000-70.000 barel per hari dari 260.000 barel sehari, menurut sumber yang mengetahui situasi ini.

Ledakan tersebut "adalah hal yang besar yang bisa mendorong harga lebih tinggi di tengah pengetatan pasokan,” kata Bob Yawger, direktur futures Mizuho Securities USA Inc.

Pada saat yang sama, Arab Saudi memperkirakan surplus anggaran pertamanya dalam satu dekade terakhir. Di bawah program enam tahun untuk menyeimbangkan anggaran, pejabat Saudi memperkirakan kenaikan harga dan output akan mendorong pendapatan dari penjualan minyak menjadi 801,4 miliar riyal (US$214 miliar) dari 440 miliar riyal tahun ini, menurut sumber yang dikutip Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper