Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Stok AS Turun untuk Pekan Keempat, Harga Minyak WTI Memanas

Pergerakan harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) mampu berbalik menguat pada perdagangan pagi ini (Rabu, 13/12/2017), menyusul laporan industri yang menunjukkan penurunan stok minyak mentah AS untuk pekan keempat.
West Texas Intermediate/Reuters
West Texas Intermediate/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) mampu berbalik menguat pada perdagangan pagi ini (Rabu, 13/12/2017), menyusul laporan industri yang menunjukkan penurunan stok minyak mentah AS untuk pekan keempat.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari diperdagangkan di US$57,46 per barel pada pukul 4.32 sore waktu setempat, setelah mengakhiri sesi perdagangan Selasa (12/12) di level US$57,14 di New York Mercantile Exchange. Total volume yang diperdagangkan sekitar 29% di atas rata-rata 100 hari.

Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman Februari ditutup turun $1,35 di US$63,34 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London.

Baik harga minyak Brent dan West Texas Intermediate turun pada akhir perdagangan Selasa akibat meredanya kekhawatiran tentang dampak pasokan dari penutupan pipa utama di Laut Utara.

Namun bursa minyak AS naik setelah American Petroleum Institute (API) dikabarkan melaporkan penurunan persediaan minyak AS sebesar 7,38 juta barel pekan lalu atau lebih dari dua kali penurunan sebesar 2,89 juta yang diprediksi survei analis Bloomberg.

Jika badan energi AS, Energy Information Administration (EIA) mengonfirmasikan hal tersebut pada laporannya yang dirilis hari ini waktu setempat, maka itu akan menjadi penurunan terbesar sejak Agustus.

“Persediaan yang menurun harus mendukung minyak. Data juga menunjukkan bahwa permintaan penyuling untuk minyal sangat kuat,” kata Phil Flynn, analis pasar senior di Price Futures Group Inc., seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (13/12/2017).

Tren kenaikan harga minyak sebelumnya didukung kekuatan kesepakatan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sejumlah negara non OPEC seperti Rusia untuk memperpanjang upaya pengurangan pasokan.

Namun, kesepakatan tersebut dihantui aktivitas pengebor minyak shale Amerika, yang diperkirakan oleh pemerintah akan meningkatkan output menjadi lebih dari 10 juta barel per hari tahun depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper