Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tiga Pilar (AISA) Ingin Lepas Bisnis Beras, Ini Kata Analis

PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk. dianjurkan untuk tidak mendivestasikan bisnis berasnya, tetapi memperbaiki lagi proses produksi berasnya untuk memulihkan citra dan kinerja perseroan serta mendapat kepercayaan investor strategis baru.
Presdir PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk Stefanus Joko Mogoginta (kedua kiri) bersama Direktur Budhi Istanto Suwito (kiri), Chief Finance Officer Sjambiri Lioe (ketiga kiri), Independent Director Jo Tjong Seng (kedua kanan) dan Direktur Hendra Adisubrata (kanan) memberikan keterangan pers terkait PT Induk Beras Unggul (IBU) yang dalah kasus dugaan beras oplosan di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (25/7)./ANTARA-Muhammad Adimaja
Presdir PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk Stefanus Joko Mogoginta (kedua kiri) bersama Direktur Budhi Istanto Suwito (kiri), Chief Finance Officer Sjambiri Lioe (ketiga kiri), Independent Director Jo Tjong Seng (kedua kanan) dan Direktur Hendra Adisubrata (kanan) memberikan keterangan pers terkait PT Induk Beras Unggul (IBU) yang dalah kasus dugaan beras oplosan di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (25/7)./ANTARA-Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA—PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk. dianjurkan untuk tidak mendivestasikan bisnis berasnya, tetapi memperbaiki lagi proses produksi berasnya untuk memulihkan citra dan kinerja perseroan serta mendapat kepercayaan investor strategis baru.

Riska Afriani, analis OSO Sekuritas, mengatakan bahwa saat ini emiten dengan ticker AISA ini terjebak dalam pilihan sulit. Bila bisnis beras tidak dijual, perseroan akan kesulitan membayar utang yang nilainya Rp1,2 triliun. Pada April 2018, utang senilai Rp900 miliar akan jatuh tempo. Namun, bila dijual, investor khawatir terhadap sumber pendapatan perseroan.

Sebagai informasi, berdasarkan catatan PT Pemeringkat Efek Indoensia, dalam lima tahun terakhir divisi beras berkontribusi rata-rata 63% terhadap pendapatan penjualan perseroan. Selain itu, bisnis beras yang sebelumnya sangat prospektif menyumbang rata-rata tingkat pertumbuhan tahunan (CAGR) EBITDA perseroan per tahun sebesar 22,5% untuk periode 2013-2016.

Di tengah pilihan sulit itu, Riska menilai AISA sebaiknya saat ini tidak mendivestasikan bisnis berasnya, tetapi memperjuangkan kepercayaan dari para investor dengan mengupayakan peningkatan standar produksi berasnya.

Untuk menutupi utang jatuh temponya, AISA perlu mencoba langkah yang sudah diambil sejumlah emiten lain. Selain bisa menerapkan skema obligasi wajib konversi, AISA bisa mencoba langkah private placement. Untuk itu, dibutuhkan kepercayaan dari investor atas AISA.

“Utang ini nilainya memang tinggi, tetapi bisa diatasi selama ada orang yang percaya. Investor ini kan pada dasarnya banyak sekali, ada asing dan domestik. Tinggal bagaimana cara perseroan untuk meyakinkan investor tersebut, karena ini begitu pelik,” katanya pada Bisnis, dikutip Senin (11/12/2017).

Menurutnya, membatalkan divestasi lebih baik dari pada menanggung resiko kehilangan sumber pendapatan besar. Dirinya menilai, aturan HET yang ada sekarang sejatinya masih bisa memberi potensi keuntungan bagi perseroan, terbukti dari kinerja emiten sejawatnya yang masih tetap positif. Kuncinya adalah membangun lagi kepercayaan pelaku pasar.

Meski begitu, Riska masih merekomendasikan jual saham AISA. Secara teknikal, menurutnya saham AISA bisa turun ke level Rp420. Sepanjang tahun ini, harga saham AISA sudah turun cukup dalam dari semula di atas Rp2000 kini di bawah Rp500.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper