Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Saham Tencent Holdings Merosot, Indeks Hang Seng Melemah

Indeks saham acuan Hong Kong berakhir di zona merah pada perdagangan hari ketiga berturut-turut, Rabu (29/11/2017), sejalan dengan merosotnya saham Tencent Holdings Ltd.
Ilustrasi/Reuters
Ilustrasi/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks saham acuan Hong Kong berakhir di zona merah pada perdagangan hari ketiga berturut-turut, Rabu (29/11/2017), sejalan dengan merosotnya saham Tencent Holdings Ltd.

Indeks Hang Seng ditutup melemah 0,19% atau 57,02 poin di 29.623,83.

Padahal pagi tadi Hang Seng dibuka dengan penguatan 0,45% atau 133,09 poin di posisi 29.813,94, setelah pada perdagangan Selasa (28/11) berakhir turun tipis 0,02% di level 29.680,85.

Sebanyak 16 saham menguat, 27 saham melemah, dan 8 saham stagnan dari 51 saham yang diperdagangkan di Hang Seng hari ini.

Saham Tencent Holdings Ltd. yang merosot 1,81% menjadi penekan utama terhadap pelemahan Hang Seng pada perdagangan hari ini, diikuti Ping An Insurance Group Co. of China Ltd. (-1,90%) dan AAC Technologies Holdings Inc. (-3,25%).

Ketiga saham tersebut juga merupakan saham dengan penurunan terbesar pada akhir perdagangan hari ini.

Berdasarkan data Bloomberg, saham Tencent Holdings Ltd. merosot 1,81% atau 7,60 poin ke level 411,60, setelah dibuka dengan penguatan 0,72% atau 3 poin di posisi 422,20.

Padahal pada perdagangan Selasa (28/11), saham Tencent Holdings berhasil membukukan rebound 1,90% atau 7,80 poin ke posisi 419,20, setelah tertekan di zona merah selama empat hari perdagangan berturut-turut sebelumnya.

“Sulit untuk melihat lebih banyak kenaikan untuk indeks saham acuan tersebut,” kata Kevin Tam, analis di Core Pacific-Yamaichi International Hong Kong Ltd., seperti dikutip dari Bloomberg.

“Pengelola dana mengambil keuntungan menyusul baiknya kinerja Hang Seng year to date. Sementara itu, investor berhati-hati karena khawatir akan langkah-langkah pengurangan utang lebih lanjut serta penerapan lebih banyak peraturan terhadap lembaga-lembaga keuangan di China,” lanjutnya.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper