Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indeks Hang Seng Hong Kong Terkoreksi di Hari Kedua

Indeks saham acuan Hong Kong berakhir di zona merah pada perdagangan hari kedua berturut-turut, Selasa (28/11/2017), di tengah kekhawatiran bahwa pihak regulator China akan membatasi arus dana dari daratan utama masuk ke pasar saham kota tersebut.
Ilustrasi/Reuters
Ilustrasi/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks saham acuan Hong Kong berakhir di zona merah pada perdagangan hari kedua berturut-turut, Selasa (28/11/2017), di tengah kekhawatiran pihak regulator China akan membatasi arus dana dari daratan utama masuk ke pasar saham kota tersebut.

Indeks Hang Seng ditutup turun tipis 0,02% atau 5,34 poin di 29.680,85. Pagi tadi Hang Seng dibuka dengan pelemahan 0,26% atau 112,08 poin di posisi 28.963,77, setelah pada perdagangan Senin (27/11) berakhir melemah 0,60% di level 29.686,19.

Sebanyak 20 saham menguat, 28 saham melemah, dan 3 saham stagnan dari 51 saham yang diperdagangkan di Hang Seng hari ini.

Saham AIA Group Ltd. yang drop 2,29% memimpin pelemahan saham pada indeks Hang Seng di akhir perdagangan, diikuti Wharf Real Estate Investment Co. Ltd. (-2,26%) dan Wharf Holdings Ltd./The (-1,80%).

Dilansir Bloomberg, mengutip sumber terkait, China Securities Regulatory Commission menangguhkan persetujuan untuk sejumlah reksadana yang berencana mengalokasikan lebih dari 80% dari portofolio mereka pada saham-saham yang terdaftar di Hong Kong.

“Kabar bahwa dana daratan utama tidak dianjurkan untuk pembelian saham Hong Kong akan mengurangi sentimen,” kata Banny Lam, kepala riset di CEB International Investment Corp. Hong Kong, seperti dikutip dari Bloomberg.

“Pihak otoritas China cenderung ingin mencegah risiko finansial dengan menghalangi para investor menempatkan investasi di satu tempat, mengingat mereka telah melakukan investasi di Hong Kong dengan besar tahun ini,” lanjutnya.

Berbanding terbalik dengan Hang Seng, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 China berhasil membukukan rebound pada akhir perdagangan hari ini, didorong penguatan pada perusahaan konsumen dan bahan baku, setelah investor melakukan ambil untung pasca penurunan baru-baru ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper