Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Isyaratkan Pertahankan Suku Bunga, Rupiah Akhiri Apresiasi

Pergerakan nilai tukar rupiah ditutup melemah pada perdagangan hari ini, Senin (27/11/2017), mengakhiri apresiasi tiga hari berturut-turut sebelumnya.
Uang rupiah./Bloomberg-Brent Lewin
Uang rupiah./Bloomberg-Brent Lewin

Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan nilai tukar rupiah ditutup melemah pada perdagangan hari ini, Senin (27/11/2017), mengakhiri apresiasi tiga hari berturut-turut sebelumnya.

Rupiah ditutup terdepresiasi tipis 0,03% atau 4 poin di Rp13.508 per dolar AS. Adapun pada perdagangan Jumat (24/11), rupiah berakhir menguat 0,05% atau 7 poin di posisi 13.504.

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak cenderung melemah di kisaran Rp13.501 – Rp13.530 per dolar AS.

Dilansir Bloomberg, rupiah terdepresiasi untuk pertama kalinya dalam empat hari setelah Bank Indonesia mengisyaratkan bahwa tingkat suku bunga acuan cenderung akan tetap bertahan seiring dengan langkah pembuat kebijakan mengupayakan stabilitas.

“Fokus Bank Indonesia adalah pada stabilitas ekonomi terhadap pertumbuhan yang terus meleset dari perkiraan,” ujar Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara.

“Jika kita memangkas suku bunga namun tidak dapat menjaga stabilitas, alih-alih pertumbuhan, kita akan melihat perlambatan,” tambahnya, seperti dikutip dari Bloomberg.

Di sisi lain, mata uang Asia bergerak variatif dengan peso Filipina memimpin penguatan sebesar 0,66%, diikuti yen Jepang yang terapresiasi 0,23%. Adapun won Korea Selatan memimpin depresiasi sebesar 0,31%, sedangkan dolar Taiwan melemah 0,11%.

Sementara itu, berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama terpantau turun 0,07% atau 0,065 poin ke 92,717 pada pukul 16.50 WIB.

Sebelumnya indeks dolar dibuka turun 0,03% atau 0,025 poin di level 92,797, setelah pada Jumat (24/11) berakhir melemah 0,47% di posisi 92,782.

“Ada bias dolar yang melemah di tengah kekhawatiran tentang rendahnya tingkat inflasi AS, sedangkan didukung oleh pemulihan ekonomi global, kita bisa cukup bullish terkait emerging markets,” kata Tsutomu Soma, general manager fixed-income department di SBI Securities Co.

Menurutnya, mata uang Asia saat ini mengambil jedanya pasca reli pekan lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper