Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Terdampak Rilis Fed Minutes, Rupiah Lanjutkan Penguatan

Rupiah ditutup menguat 0,09% atau 12 poin ke level Rp13.511 per dolar AS, setelah dibuka menguat 30 poin atau 0,22% ke level Rp13.493 per dolar AS.
Uang rupiah./Bloomberg-Brent Lewin
Uang rupiah./Bloomberg-Brent Lewin

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah ditutup menguat pada perdagangan hari ini, Kamis (23/11/2017), seiring dengan berlanjutnya pelemahan pada indeks dolar AS.

Rupiah ditutup menguat 0,09% atau 12 poin ke level Rp13.511 per dolar AS, setelah dibuka menguat 30 poin atau 0,22% ke level Rp13.493 per dolar AS.

Adapun pada perdagangan kemarin, (Rabu,22/11), rupiah ditutup menguat 0,04% atau 6 poin di level Rp13.523 per dolar AS.

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah terus melaju di zona hijau dan bergerak pada kisaran Rp13.493 – Rp13.517 per dolar AS.

Rupiah menguat bergerak di saat seluruh mata uang Asia mayoritas menguat, dipimpin renminbi China dengan apresiasi 0,39%, diikuti won Korea Selatan yang menguat 0,34%.

Adapun dolar Taiwan mengalami pelemahan paling tajam terhadap dolar AS, dengan depresiasi 0,08%, diikuti yen Jepang yang melemah 0,06%.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback terhadap sejumlah mata uang utama terpantau melemah 0,08% atau 0,076 poin ke 93,144 pada pukul 16.46 WIB.

Dilansir Reuters, dolar AS merosot setelah risalah rapat kebijakan The Fed 31 Oktober-1 November yang dirilis Rabu waktu setempat menunjukkan kekhawatiran sejumlah pembuat kebijakan mengenai inflasi yang rendah.

Terdapat kekhawatiran di antara para pembuat kebijakan seputar prospek inflasi, dengan menyoroti data ekonomi dalam menentukan periode kenaikan suku bunga di masa mendatang.

Di sisi lain, para pembuat kebijakan The Fed juga memperkirakan bahwa suku bunga AS harus dinaikkan dalam waktu dekat, sehingga memperkuat ekspektasi pasar bagi The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan pada Desember.

Menurut Hirofumi Suzuki, Ekonom untuk Sumitomo Mitsui Banking Corporation di Singapura, fokus akan tertuju pada pandangan pembuat kebijakan The Fed terkait kemungkinan laju penaikan suku bunga pada 2018, terutama setelah Jerome Powell mengambil alih kepemimpinan The Fed dari Janet Yellen.

“Mengingat perdebatan The Fed mengenai inflasi yang rendah, ada keraguan tentang seberapa besar bank sentral AS tersebut akan dapat menaikkan suku bunga,” tambah Suzuki.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper