Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Terkerek Pelemahan Euro, Rupiah Tertekan

Rupiah ditutup melemah 13 poin atau 0,1% ke level Rp13.325 per dolar AS, setelah dibuka menguat 14 poin atau 0,11% di Rp13.298.
Ilustrasi/MediumTermNotes.com
Ilustrasi/MediumTermNotes.com

Bisnis.com, JAKARTA —nilai tukar rupiah ditutup melemah pada perdagangan hari ini, Senin (25/9/2017) di tengah penguatan indeks dolar AS.

Rupiah ditutup melemah 13 poin atau 0,1% ke level Rp13.325  per dolar AS, setelah dibuka menguat 14 poin atau 0,11% di Rp13.298.

Adapun pada perdagangan Jumat akhir pekan lalu (22/9), rupiah berakhir menguat 0,20% atau 27 poin di posisi 13.322 per dolar AS.

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp13.289 – Rp13.328 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah melemah sejalan dengan indeks dolar AS terpantau menguat di tengah pelemahan euro setelah Kanselir Jerman Angela Merkel kembali memenangkan pemilihan umum Jerman.

Indeks dolar yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama hari ini terpantau menguat 0,32% atau 0,295 poin ke 92,466 pada pukul 17.01 WIB.

Adapun terhadap euro, dolar AS terpantau menguat 0,54% atau 0,0064 poin ke level US$1,1887 per euro.

Merkel akan menjadi kanselir Jerman untuk keempat kalinya setelah partai pendukungnya, Partai Persatuan Demokrat Kristen atau CDU menang dalam pemilu yang berlangsung Minggu (24/9).

Meski demikian, kemenangannya dirusak oleh hasil yang lebih buruk dari perkiraan, yang dapat menimbulkan perundingan koalisi yang sulit saat dukungan untuk partai sayap kanan melonjak.

Partai Demokrat Sosial (Social Democratic Party/SDP) memutuskan untuk tidak melakukan kesepakatan dengan Partai Persatuan Demokrat Kristen (Christian Democratic Union/CDU) pimpinan Merkel.

Hal ini membuat pembentukan pemerintah akan semakin menantang. Sebaliknya, Merkel harus bernegosiasi dengan Partai Demokrat Bebas (Free Democratic Party) yang pro-bisnis dan Partai Hijau/Aliansi 90 dan dapat memakan waktu berbulan-bulan.

“Pasar bereaksi dengan menjual euro akibat kemungkinan bahwa Merkel akan mengalami kesulitan dalam membentuk sebuah koalisi. Euro, bagaimanapun, telah kehilangan dukungannya akibat kebijakan moneter ECB dan tampaknya akan mengarah ke jalur yang lebih rendah,” kata Daisuke Karakama, kepala ekonom pasar di Mizuho Bank, seperti dikutip dari Reuters.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper