Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengetatan Pasar Perumahan Tekan Sektor Properti, Shanghai Composite Melemah

Indeks Shanghai Composite ditutup melemah 0,33% atau 10,98 poin ke level 3.341,55, sedangkan indeks CSI 300 ditutup turun 0,52% atau 19,94 poin ke level 3.817,79.
Bursa China SHCI/Reuters
Bursa China SHCI/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham China ditutup melemah pada perdagangan Senin, (25/9/2017), tertekan saham properti menyusul peraturan baru pemerintah yang mengendalikan pasar perumahan.

Indeks Shanghai Composite ditutup melemah 0,33% atau 10,98 poin ke level 3.341,55, sedangkan indeks CSI 300 ditutup turun 0,52% atau 19,94 poin ke level 3.817,79.

Sektor properti menjadi penekan utama pergerakan bursa saham China dengan pelemahan 5,1%, dan merupakan penurunan terburuk sejak awal tahun 2016.

Dilansir Reuters, sejumlah ibu kota provinsi di China telah meluncurkan langkah-langkah baru untuk memperlambat penjualan properti perumahan, dan menahan spekulan yang dapat mengacaukan pasar menjelang kongres Partai Komunis bulan depan.

Selain itu, ada pula tanda-tanda bahwa pihak berwenang meningkatkan upaya mereka untuk memberantas pinjaman ilegal ke sektor ini. Sentimen investor juga tertekan oleh kekhawatiran bahwa perlindungan lingkungan kerja China dapat mengurangi permintaan dan berakibat ke pertumbuhan ekonomi.

Analis UBS, Gao Ting mengatakan bahwa beberapa investor sekarang mengantisipasi perlambatan pertumbuhan PDB China, dan khawatir terhadap keberlanjutan pemulihan ekonomi global.

Meskipun adanya reformasi China di sisi pasokan dan langkah-langkah pengetaan perlindungan lingkungan sejauh ini diterima dengan baik oleh pasar, "beberapa investor sekarang khawatir bahwa langkah-langkah tersebut mulai menekan permintaan," tulis Gao dalam risetnya, seperti dikutip Reuters.

Dia mengatakan bahwa perlindungan lingkungan yang lebih kuat dapat memaksa banyak perusahaan sumber daya skala kecil menghentikan produksi, sehingga mempengaruhi investasi, sementara biaya hulu yang melonjak dapat berimbas pada barang konsumsi dan jasa sehinga dapat mengurangi permintaan.

"Jika permintaan melambat lebih dari yang diperkirakan pada musim puncak mendatang, harga komoditas dan harga saham terkait mungkin akan turun sebagai imbasnya," lanjutnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper