Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Rebound, Rupiah Melemah Jelang Rapat Kebijakan The Fed

Pergerakan nilai tukar rupiah ditutup melemah pada perdagangan hari ini, Senin (18/9/2017), di tengah rebound dolar AS.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan nilai tukar rupiah ditutup melemah pada perdagangan hari ini, Senin (18/9/2017), di tengah rebound dolar AS.

Rupiah ditutup melemah 0,11% atau 15 poin di Rp13.255 per dolar AS, setelah dibuka dengan depresiasi 0,09% atau 12 poin di Rp13.252.

Adapun pada perdagangan Jumat (15/9), rupiah berakhir menguat 0,08% atau 11 poin di posisi 13.240 per dolar AS.

Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp13.233 – Rp13.259 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah berakhir melemah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini di saat mata uang lainnya di Asia bergerak variatif.

Yen Jepang memimpin pelemahan kurs Asia dengan depresiasi 0,40%, diikuti renminbi China sebesar 0,22% dan dolar Taiwan yang terdepresiasi 0,14%.

Di sisi lain, won Korea Selatan dan peso Filipina memimpin apresiasi sebagian mata uang di Asia dengan penguatan masing-masing sebesar 0,45% dan 0,28%.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama hari ini terpantau naik 0,05% atau 0,049 poin ke 91,921 pada pukul 16.41 WIB.

Sebelumnya indeks dolar dibuka dengan rebound 0,07% atau 0,060 poin di level 91,932, setelah pada perdagangan Jumat (15/9) berakhir melemah 0,27% di posisi 91,872.

Dilansir Reuters, penguatan indeks dolar menyusul naiknya imbal hasil obligasi AS yang memperkuat daya tarik terhadap greenback. Selain itu, kenaikan indeks harga konsumen (IHK) AS juga mendorong kembali ekspektasi bahwa Federal Reserve dapat menaikkan suku bunga kembali pada Desember tahun ini.

"Kami sudah pasti melihat beberapa penyesuaian pada probabilitas kenaikan suku bunga bulan Desember," kata Stephen Innes, kepala perdagangan di Asia Pasifik untuk Oanda, seperti dikutip dari Reuters.

Pada pertemuan kebijakan The Fed yang akan digelar pada 19-20 September, The Fed diperkirakan akan mengumumkan rencana untuk mulai menyusutkan neracanya, meski masih akan mempertahankan tingkat suku bunga.

Sementara itu, menurut para pelaku pasar, pelemahan yen baru-baru ini terhadap mata uang lain, seperti poundsterling, memiliki beberapa dampak dan memberikan dukungan tambahan terhadap dolar AS.

Lebih dari sebulan ke depan, situasi politik Jepang menjadi titik fokus bagi pada pedagang mata uang, dengan indikasi bahwa Jepang akan melaksanakan pemilihan umum lebih awal dari yang dijadwalkan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper