Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Melemah Paling Tajam di Asia

Rupiah ditutup melemah 0,38% atau 50 poin di Rp13.251 per dolar AS, setelah dibuka juga dengan pelemahan 0,30% atau 39 poin di Rp13.240 per dolar AS.
Ilustrasi/Bisnis
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Nilai tukar rupiah melanjutkan reli pelemahannya di hari ketiga pada perdagangan hari ini,  Kamis (14/9/2017).

Rupiah ditutup melemah 0,38% atau 50 poin di Rp13.251 per dolar AS, setelah dibuka juga dengan pelemahan 0,30% atau 39 poin di Rp13.240 per dolar AS.

Adapun pada perdagangan Rabu (13/9), rupiah berakhir melemah hanya 0,01% atau 1 poin di posisi Rp13.201 per dolar AS. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp13.228 – Rp13.255 per dolar AS.

Rupiah manjadi kurs yang melemah paling signifikan dibanding negara-negara lain di kawasan Asia. Won Korea Selatan melemah paling signifikan setelah rupiah dengan terdepresiasi 0,35%,disusul peso Filipina yang melemah 0,34%.

Adapun yen Jepang menguat paling signifikan sebesar 0,09% atau 0,09 poin ke level 110,39 yen per dolar AS.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama di dunia hari ini terpantau melemah 0,16% atau 0,146 poin ke 92,374 pada pukul 16.43 WIB.

Dilansir Reuters, dolar AS cenderung melemah menjelang rilis data inflasi yang diharapkan memberi petunjuk mengenai periode penaikan suku bunga The Federal Reserve berikutnya.

Fokus jangka pendek pasar saat ini adalah data inflasi AS yang akan sangat dicermati oleh bank sentral AS The Fed sebagai pertimbangan untuk menaikkan suku bunga berikutnya.

“Pasar telah bergerak sedikit ke sisi dovish dalam hal ekspektasi The Fed, jadi jika misalkan angka inflasi AS ternyata sedikit lebih kuat dari perkiraan, maka saya pikir akan membantu menambahkan sedikit lebih banyak terhadap rebound dolar,” kata Heng Koon How, kepala strategi pasar untuk United Overseas Bank di Singapura, seperti dikutip Reuters.

Indeks harga konsumen inti AS diperkirakan akan meningkat 1,6% secara basis tahunan pada Agustus. The Fed memiliki target inflasi sebesar 2%, sedangkan serangkaian data inflasi sebelumnya telah menekan ekspektasi penaikan suku bunga sekaligus membebani dolar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper