Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Terkoreksi, Rupiah Malah Berakhir Melemah

Pergerakan nilai tukar rupiah ditutup melemah pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (18/8/2017), meski pada saat yang sama mayoritas mata uang di Asia terpantau berbalik menguat.
Uang rupiah./Bloomberg-Brent Lewin
Uang rupiah./Bloomberg-Brent Lewin

Bisnis.com, JAKARTA — Pergerakan nilai tukar rupiah ditutup melemah pada perdagangan terakhir di pekan ini, Jumat (18/8/2017), meski pada saat yang sama mayoritas mata uang di Asia terpantau berbalik menguat.

Rupiah ditutup melemah 0,03% atau 4 poin di Rp13.362 per dolar AS, setelah dibuka dengan pelemahan 0,07% atau 10 poin di Rp13.368.

Adapun pada perdagangan Kamis (17/8), rupiah ditutup menguat 0,14% atau 19 poin di posisi 13.358 per dolar AS. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak fluktuatif di kisaran Rp13.357 – Rp13.370 per dolar AS.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama hari ini terpantau melemah 0,12% atau 0,115 poin ke 93,507 pada pukul 16.32 WIB.

Sebelumnya indeks dolar dibuka dengan kenaikan 0,10% atau 0,091 poin di level 93,713, setelah pada perdagangan Kamis (17/8) berakhir naik 0,09% di posisi 93,622.

Nilai tukar rupiah berakhir melemah terhadap dolar AS pada perdagangan hari ini di saat mayoritas mata uang lainnya di Asia terpantau terapresiasi.

Yen Jepang dan baht Thailand yang masing-masing terapresiasi 0,40% dan 0,17% memimpin penguatan kurs di Asia. Di sisi lain, won Korea Selatan dan peso Filipina masing-masing terpantau terdepresiasi 0,34% dan 0,31%.

Kebijakan Presiden AS Donald Trump yang menjanjikan program ekonomi pro pertumbuhan semakin diragukan pelaku pasar. Hal ini berimbas kepada dolar AS yang tertekan terhadap sejumlah mata uang global lainnya pada perdagangan hari ini.

Monex Investindo Futures dalam publikasi risetnya menyampaikan, dolar AS melemah terhadap euro, poundsterling, yen, dolar Australia, dan Kanada. Berita terbaru yang mencemaskan pasar yaitu langkah penasihat ekonomi presiden lainnya yang masih ada seperti Gary Cohn dan rekannya akan ikut mengundurkan diri.

“Jika benar terjadi maka kebijakan pro pertumbuhan Trump semakin diragukan akan terlaksana,” papar analis Monex, seperti dilansir Bisnis.com (Jumat, 18/8).

Sebelumnya pada Senin (14/8) delapan anggota dewan manufaktur Gedung Putih mengundurkan diri, dimulai dari Ken Frazier, CEO perusahaan farmasi besar Merck. Selanjutnya Trump memecat dua anggota lainnya pada Rabu (16/8/2017).

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper