Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hasil Lelang SUN: Investor Masih Percaya Prospek Indonesia

Hasil lelang Surat Utang Negara pada Selasa (11/7/2017) yang memperoleh penawaran hingga Rp33,68 triliun menunjukkan persepsi investor yang masih positif terhadap pasar obligasi Indonesia.nn
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA — Hasil lelang Surat Utang Negara pada Selasa (11/7/2017) yang memperoleh penawaran hingga Rp33,68 triliun menunjukkan persepsi investor yang masih positif terhadap pasar obligasi Indonesia.

I Made Adi Saputra, analis obligasi MNC Sekuritas, mengatakan tingkat penawaran investor dalam lelang kali cukup baik dengan tren permintaan yang lebih besar pada surat utang pemerintah di tenor panjang dibandingkan tenor pendek.

Penawaran terbesar investor masuk pada seri obligasi negara FR0072 untuk tenor 19 tahun senilai Rp7,93 triliun dan FR0059 yang bertenor 10 tahun senilai Rp7,5 triliun dan. Selain itu, pada FR0061 untuk tenor lima tahun penawaran yang masuk mencapai Rp6,72 triliun.

Sementara itu, pada seri-seri tenor pendek seperti SPN12171012 (jatuh tempo 12 Oktober 2017) penawaran yang masuk jauh lebih rendah, yakni Rp4,37 triliun, sedangkan pada SPN12180712 (jatuh tempo 12 Juli 2018) penawarannya Rp7,17 triliun.

Peningkatan penawaran kali ini sekaligus membalikkan tren penurunan penawaran yang terjadi pada lelang sukuk pekan lalu yang justru mencatatkan tingkat penawaran terendah sepanjang tahun ini, hanya Rp7,82 triliun.

Hal ini mengonfirmasi bahwa minat terhadap surat utang pemerintah masih tinggi, kendati indeks harga obligasi cenderung menurun di awal semester kedua tahun ini.

Made mengatakan, di satu sisi hal tersebut menunjukkan kepercayaan diri investor terhadap pasar obligasi dalam negeri, sebab mereka cukup yakin untuk menempatkan dananya untuk jangka panjang.

Meski begitu, di sisi lain rentang yield yang diminta investor pada seri tenor pendek dalam lelang kali ini relatif tinggi dibandingkan yield di pasar sekunder. Permintaan yield investor pada seri SPN12171012 berkisar antara 5,0%-5,4%, sementara untuk SPN12180712 berkisar antara 5,9%-6,5%.

Berdasarkan dana IBPA, yield obligasi pemerintah seri benchmark untuk tenor 0,1 tahun pada perdagangan Selasa (11/7/2017) berada di posisi 4,56%, turun dari yield hari sebelumnya 4,68%.

Dibandingkan lelang SUN sebelumnya pada 20 Juni 2017, permintaan yield kali ini pun lebih tinggi. Permitaan yield investor saat itu untuk seri SPN03170921 (jatuh tempo 21 September 2017) dan seri SPN12180301 (jatuh tempo 1 Maret 2018) masing-masing antara 4,94%-5,03% dan 5,5%-6,25%.

“Artinya, investor masih berminat, tetapi yield-nya sudah tidak di [posisi yield pasar sekunder] situ lagi, tetapi lebih tinggi. Di satu sisi itu memberi sinyal mereka optimis, tetapi di sisi lain mereka sudah antisipasi jika nanti yield turun, yield mereka sudah segitu tidak turun lagi,” katanya, Selasa (11/7/2017).

Made mengatakan, bila melihat kecenderungan pergerakan pasar obligasi negara saat ini, seharusnya minat investor lebih besar di tenor pendek. Akan tetapi, investor kali ini lebih mengincar tenor panjang karena ingin memanfaatkan peluang mendapatkan yield yang tinggi.

Hal ini seiring tren yang tengah berlangsung di pasar sekunder saat ini, yang mana tekanan jual pada seri tenor panjang cukup kuat sehingga mendorong yield semakin tinggi.

Penawaran tertinggi pada seri FR0072 pada lelang kali ini yang mencapai Rp7,93 triliun mengonfirmasi hal tersebut, yang mana investor mengincar yield antara 7,97% hingga 8,09%. Pemerintah pun memenangkan yield rata-rata tertimbang untuk seri ini di posisi 8,01%.

“Yield di kisaran 8% itu terakhir kali hanya mereka dapatkan dalam lelang Februari dan awal Maret tahun ini, setelah itu tidak ada lagi. Mereka memanfaatkan koreksi di pasar sekunder sehingga bisa dapat di kisaran 8%,” katanya.

Handy Yunianto, head of fix income research Mandiri Sekuritas, mengatakan tingginya permintaan kali ini kemungkinan disebabkan oleh sejumlah faktor. Pertama, likuiditas rupiah investor sudah kembali stabil selepas momen lebaran.

Kedua, permintaan lokal relatif meningkat, menimbang investor institusi yang selama ini banyak memarkirkan dananya di instrumen deposito akan mengalihkan dananya ke obligasi seiring tren yield yang meningkat dua minggu belakangan.

Ketiga, penjualan paksa obligasi global atau global bond sell-off sudah mulai mereda sehingga kenaikan yield obligasi di pasar Eropa sudah tidak lagi sedrastis sebelumnya. Hal ini mendorong peningkatan permintaan di pasar obligasi Indonesia oleh asing, kendati sejauh ini belum dapat dipastikan dari hasil lelang tersebut.

“Menurut saya demand asing sudah kembali improve. Jadi, kali ini sedikit ada perbaikan demand dibandingkan lelang sebelumnya. Tetapi memang kalau kita bicara volatilitas, di global masih tinggi. Kita juga masih belum dapat kepastian tightening dari negara-negara Eropa,” katanya.

 

Tabel:

Keputusan pemenangan oleh pemerintah terhadap masing-masing seri pada lelang SUN 11 Juli 2017:

- SPN12171012 senilai Rp3,15triliun, yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan 5,08% (jatuh tempo 12 Oktober 2017);

- SPN12180712 senilai Rp3,1 triliun, yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan 5,95% (12 Juli 2018);

- FR0061 senilai Rp3,9 triliun, yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan 6,97% (15 Mei 2022);

- FR0059 senilai Rp2,6 triliun, yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan 7,14% (15 Mei 2027);

- FR0072 senilai Rp4,25 triliun, yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan 8,01% (15 Mei 2036).

 

Sumber: Kementerian Keuangan, Juli 2017

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper