Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengerekan Suku Bunga AS Diragukan, Indeks Dolar Terkoreksi

Indeks dolar AS mengalami pelemahan ke level 95 seiring dengan berkurangnya kepercayaan pasar atas sikap Federal Reserve yang akan mengerek suku bunga lanjutan pada 2017.
Dollar AS./.Reuters
Dollar AS./.Reuters

Bisnis.com, JAKARTA—Indeks dolar AS mengalami pelemahan ke level 95 seiring dengan berkurangnya kepercayaan pasar atas sikap Federal Reserve yang akan mengerek suku bunga lanjutan pada 2017.

Pada perdagangan Kamis (29/6/2017) pukul 11.31 WIB, indeks dolar AS turun 0,130 poin atau 0,14% menuju 95,88. Ini menunjukkan level terendah sejak 4 Oktober 2016 di posisi 96,165.

Indeks dolar AS (DXY) merupakan perbandingan greenback terhadap enam mata uang utama dunia. Besar bobot masing-masing mata uang ditentukan oleh Federal Reserve berdasarkan pengaruhnya terhadap perdagangan Amerika Serikat. Kebijakan ini belaku sejak 1973.

Bobot yang paling besar terhadap DXY adalah mata uang Euro (EUR) sebesar 57,6%, disusul yen (JPY) 13,6%, poundsterling (GBP) 11,9%, dolar Kanada 9,1%, krona Swedia 4,2%, dan franc Swiss 3,6%.

Research and analyst PT Monex Investindo Futures Putu Agus Pransuamitra pelemahan dolar AS ke level terendah sejak Oktober 2016 terjadi akibat berkruangnya keyakinan pasar terhadap kemampuan Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga lanjutan.

“Kini pasar meragukan apakah The Fed akan mengerek suku bunga sekali lagi pada 2017,” tuturnya kepada Bisnis.com, Kamis (29/6/2017).

The Fed sudah mengerek suku bunga pada tahun ini sebanyak dua kali, tepatnya pada pertengahan Maret dan Juni masing-masing sebesar 25 basis poin. Sebelumnya Bank Sentral AS berencana menaikkan Fed Fund Rate (FFR) sebanyak 3 kali pada 2017.

Putu menyebutkan, ketidakpercayaan pasar membesar karena yield obligasi tenor 10 tahun yang menjadi indikator penaikkan suku bunga mengalami pelemahan. Pada perdagangan Kamis pukul 11.41 WIB indeks yield obligasi 10 tahun turun 0,16% menuju 2,2244.

Selain itu, kondisi politik AS kian tidak menentu setelah rancangan UU Kesehatan yang diusung Trump kembali ditolak parlemen. Pimpinan Partai Republik di Senat AS Mitch McConnell menunda voting karena di internal partainya banyak yang menentang. Sementara kubu oposisi Partai Demokrat sangat solid menentang perubahan undang-undang ini.

Presiden Donald Trump sendiri memanggil anggota Senat dari Partai Republik agar anggota yang menentang merubah pendiriannya. Para pelaku pasar mencemaskan bahwa pemerintahan Trump akan sulit untuk meloloskan kebijakan pengurangan pajak dan stimulus fiskal, tanpa meloloskan lebih dahulu UU kesehatan.

Hubungan internasional Paman Sam juga memanas setelah AS menetapkan larangan masuk bagi 6 negara berpenduduk mayoritas muslim, yakni ialah Iran, Libya, Somalia, Sudan, Suriah, dan Yaman. Visa masuk hanya dapat diberikan jika pelancong memiliki hubungan kekerabatan yang dekat dengan warga AS.

“Sentimen risiko politikAS turut menekan nilai dolar,” papar Putu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper