Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BURSA AS: Rencana Anggaran Trump Beri Optimisme, Wall Street Ditutup Menguat

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 43,08 poin atau 0,21% ke level 20.937,91, indeks Standard & Poors 500 naik 4,4 poin atau 0,18% ke posisi 2.398,42, sedangkan indeks Nasdaq Composite menguat 5,09 poin atau 0,08% ke 6.138,71.
Bursa saham AS/Reuters
Bursa saham AS/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Wall Street berakhir menguat pada perdagangan Selasa (23/5/2017) pasca-rilis rencana anggaran Presiden AS Donald Trump.

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup menguat 43,08 poin atau 0,21% ke level 20.937,91, indeks Standard & Poor’s 500 naik 4,4 poin atau 0,18% ke posisi 2.398,42, sedangkan indeks Nasdaq Composite menguat 5,09 poin atau 0,08% ke 6.138,71.

Terlepas dari rilis data ekonomi yang lemah kemarin, investor merasa lega dengan rencana anggaran penuh Presiden Trump yang sebagian besar seperti yang diharapkan, walaupun mereka tidak berhadap anggaran tersebut dapat disetujui oleh Kongres.

"Tidak ada kejutan besar. Pasar senang dengan itu," kata Wade Balliet, kepala strategi investasi, Bank of the West, seperti dikutip Reuters.

Anggaran Trump menyerukan kenaikan belanja infrastruktur dan militer, bersamaan dengan serangkaian pemotongan yang sensitif secara politis, di bidang-bidang seperti program bantuan kesehatan dan makanan, dengan tujuan memotong pengeluaran pemerintah sebesar US$3,6 triliun dan menyeimbangkan anggaran satu decade ke depan.

Sementara trump melakukan lawatan luar negeri, bursa Wall Street ditopang dengan tidak adanya berita utama terkait dengan penyelidikan mengenai kemungkinan hubungan Donald Trump dan Rusia saat kampanye pemilihan presiden tahun lalu.

"Karena presiden sedang pergi, dan berita [mengenai skandal dengan Rusia] sedikit berkurang, investor mulai melangkah kembali," kata Rick Meckler, presiden LibertyView Capital Management kepada Reuters.

Di lain pihak, data ekonomi AS kemarin menunjukkan penjualan rumah baru di bulan April anjlok dari level terendah 9,5 tahun terakhir, sementara aktivitas manufaktur pada bulan Mei turun ke level terendah sejak September.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper