Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Tembaga Siap Menanjak

Komoditas tembaga diprediksi mengalami tren bullish akibat harga yang masih berada di level rendah dan kondisi pasar yang mengalami defisit pasokan.
Ilustrasi kawat tembaga./Bloomberg-Andrey Rudakov
Ilustrasi kawat tembaga./Bloomberg-Andrey Rudakov

Bisnis.com, JAKARTA--Komoditas tembaga diprediksi mengalami tren bullish akibat harga yang masih berada di level rendah dan kondisi pasar yang mengalami defisit pasokan.

Pada penutupan perdagangan Kamis (20/4/2017), harga tembaga di bursa London Metal Exchange (LME) meningkat 67 poin atau 1,21% menuju US$5.623 per ton. Sepanjang tahun berjalan, harga naik 1,58%.

Dalam survei Bloomberg, Jumat (21/4/2017), yang melibatkan 20 responden mencakup analis dan trader, 9 di antaranya menilai harga tembaga bullish, 7 narasumber bersikap netral, dan 4 sisanya memprediksi bearish.

Menurut survei, harga tembaga yang saat ini berada di level rendah dapat memacu permintaan. Namun, harga memang sedang tertekan akibat belum pulihnya permintaan China dan kesulitan Presiden AS Donald Trump dalam memacu belanja infrastruktur.

Sementara itu, Goldman Sachs Group Inc., dalam risetnya memaparkan, harga tembaga juga ditopang adanya gangguan suplai dari tambang Grasberg, Indonesia. PT Freeport Indonesia (PTFI) selaku pengelola masih belum bisa melakukan ekspor.

PTFI sebenarnya sudah mendapat jatah volume ekspor sebanyak 1,11 juta wet metric ton (WMT) konsentrat tembaga. Namun, perusahaan tidak bisa melakukan pengiriman ke luar negeri karena belum bersedia mengubah status perizinan dari Kontrak Karya (KK) menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).

Dari sisi permintaan, analis Goldman Max Layton, meyakini pasar juga akan terangkat oleh pulihnya konsumsi China. Dalam 6-12 bulan ke depan, sambungnya, harga tembaga cenderung bergerak bullish.

Dalam riset berbeda, Citigroup Inc. menyampaikan harga tembaga masih akan bullish dalam dua tahun ke depan akibat kondisi pasar global yang mengalami defisit suplai. Rerata harga tembaga pada 2017 akan meningkat menjadi US$6.040 per ton, dan 2018 senilai US$6.425 per ton.

Ed Morse, kepala analis Citigroup, mengungkapkan defisit pasar tembaga global cenderung akan meningkat dalam tiga tahun ke depan. Pada 2017, jumlah defisit mencapai 145.000 ton, 2018 sebesar 152.000 ton, dan 2019 menjadi 242.000 ton.

"Pemogokan kerja dan gangguan pasokan membawa dampak turunnya produksi," papar Morse.

Sebelumnya pada Februari 2017, logam yang digunakan untuk kabel dan pipa ini naik ke posisi US$6.204 per ton, level tertingi sejak Mei 2015 akibat berhentinya produksi di tambang Grasberg dan perseteruan antara BHP Billiton Ltd., dengan pekerja di tambang Escondida.

Aksi mogok pekerja di Escondida dimulai pada 31 Januari 2017 akibat tuntutan kenaikan upah dan bonus tidak disetujui perusahaan. Menurut Chile Copper Agency, aksi mogok selama 43 hari mengurangi produksi hingga 230.000 ton dari kapasitas penambangan sekitar 1 juta ton.

Menurut Morse, kendati tambang Escondida kembali beroperasi, volume produksi belum akan pulih karena masih membutuhkan waktu. Dia memperkirakan dalam 6-8 bulan ke depan hambatan penambangan masih terjadi sebelum mencapai tingkat pengoperasian penuh.

Di tempat lain, pasar juga mendapat sentimen positif akibat belum terealisasinya ekspor konsentrat dari tambang Grasberg di Papua, Indonesia.

Bernard Dahdah dan Alomgir Miah, analis Natixis, mengatakan sejak akhir Maret 2017 harga tembaga memang cenderung melemah akibat berakhirnya aksi mogok di tambang Escondida, Cile dan tambang Cerro Verdo, Peru. Sentimen ini bersamaan dengan tercapainya kesepakatan ekspor antara PTFI dengan pemerintah Indonesia.

"Akan tetapi, pandangan yang lebih positif terhadap pasokan berjalan seiring dengan permintaan yang kuat dari negara-negara ekonomi utama," paparnya.

Natixis memprediksi rerata harga tembaga pada 2017 akan bertumbuh 20,43% menuju US$5.860 per ton dari tahun sebelumnya senilai US$4.866 per ton. Harga diprediksi bergerak di dalam rentang batas tertinggi US$6.300 per ton dan batas terendah US$5.300 per ton.

Tabel Proyeksi Rerata Harga Tembaga (US$ per ton)

Periode

Harga Rata-Rata

Harga Tertinggi

Harga Terendah

2016

4.866

5.950

4.331

2017

5.860

6.300

5.300

2018

6.500

6.800

5.300

Keterangan: 2016 harga realisasi, 2017 dan 2017 proyeksi

Sumber: Natixis, Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper