Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Monex: Harga Minyak WTI Masih Sulit Tembus US$50

Harga minyak mentah diperkirakan sulit mencapai level US$50 per barel sampai pekan depan, seiring dengan proyeksi bertumbuhnya suplai dari Amerika Serikat dan penantian terhadap pemangkasan produksi OPEC.

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah diperkirakan sulit mencapai level US$50 per barel sampai pekan depan, seiring dengan proyeksi bertumbuhnya suplai dari Amerika Serikat dan penantian terhadap pemangkasan produksi OPEC.

Pada perdagangan Kamis (23/3) pukul 16:43 WIB, harga minyak WTI kontrak Mei 2017 berada di posisi US$48,32 per barel, naik 0,58% atau 0,28 poin. Sepanjang tahun berjalan, harga melemah 13,8%.

Sebelumnya pada penutupan perdagangan Rabu (22/3), harga merosot ke level US$48,04 per barel. Ini merupakan level terendah sejak November 2016.

Putu Agus Pransuamitra, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, mengatakan kendati kemarin menghijau, harga masih berada di area bawah US$48 per barel. Artinya, kecenderungan minyak untuk melemah masih terbuka.

"Sentimen utama yang menekan harga ialah bertumbuhnya produksi dan stok mingguan AS," ujarnya saat dihubungi, Kamis (23/3/2017).

Pada Rabu (22/3), US Energy Information Administration (EIA) melaporkan, persediaan minyak Paman Sam dalam sepekan yang berakhir Jumat (17/3) meningkat 4,95 juta barel menjadi 533,11 juta barel. Angka ini merupakan rekor tertinggi sejak EIA melakukan pencatatan pada Agustus 1982.

Adapun dalam waktu yang sama, tingkat produksi minyak AS naik 20.000 barel menuju 9,13 juta barel per hari (bph), yang menjadi level tertinggi sejak Februari 2016. Sebelumnya pada Desember 2016, AS konsisten menahan produksi di level 8,7 juta bph.

Sejak awal 2017, sambung Putu, sentimen penambahan suplai dari AS berbenturan dengan faktor positif dari OPEC yang melakukan pemangkasan produksi. Dalam laporan bertajuk Monthly Oil Market Report (MOMR) Maret 2017 yang dirilis pekan lalu, organisasi mengumumkan pengurangan produksi pada Februari 2017.

Volume produksi OPEC pada bulan kedua turun 139.500 bph menjadi 31,95 juta bph, dari Januari 2017 sebesar 32,09 juta bph. Artinya, organisasi merealisasikan kesepakatan pemangkasan produksi produksinya sebesar 1,2 juta bph menjadi 32,5 juta bph.

Secara total, OPEC dan negara produsen minyak mentah lain seperti Rusia dan Oman berjanji memotong suplai minyak mentah baru pada Januari-Juni 2017 sebesar 1,8 juta bph.

Level Kunci
Menurut Putu, saat ini level US$48 per barel menjadi level kunci baru yang menentukan harga akan naik atau turun. Angka tersebut turun dari level kunci sebelumnya di posisi US$50 per barel.

"Angka [level kunci] merosot setelah AS mengumumkan kenaikan produksi harian. Padahal pasar hanya memperkirakan stok mingguan Paman Sam saja yang mengalami tren meningkat," tuturnya.

Berdasarkan data EIA, tren kenaikan produksi minyak mentah AS dimulai sejak bulan kedua 2017. Dalam laporan Short Term Energy Outlook (STEO) Maret 2017, EIA meningkatkan proyeksi suplai baru AS pada 2017 sebesar 9,2 juta bph, dan 2018 sejumlah 9,7 juta bph.

Angka tersebut naik dari rata-rata produksi 2016 sebanyak 8,9 juta bph. Padahal dalam STEO Februari 2017, EIA memperkirakan produksi minyak AS pada 2017 mencapai 9 juta bph, dan tahun depan kembali meningkat menuju 9,5 juta bph.

Putu mengatakan, sampai akhir pekan ini, harga minyak mentah berpotensi meluncur ke level US$47 per barel. Sentimen utama yang memengaruhi ialah rilis penambahan jumlah rig AS. Data Baker Hughes pada Jumat (17/3) menyebutkan rig pengeboran minyak AS bertambah 14 buah menjadi 631 rig.

Sementara pada pekan depan, pasar masih menunggu perkembangan terbaru soal pemangkasan produksi OPEC. Pasalnya beredar kabar organisasi akan memperpanjang masa pemotongan suplai yang sebelumnya berakhir pada Juni 2017.

Putu mengatakan, harga minyak mentah dalam waktu dekat masih sulit kembali menembus level US$50 per barel. Pada pekan depan, harga diprediksi bergerak dalam rentang US$47-US$49,5 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Editor : Fajar Sidik

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper