Bisnis.com, JAKARTA– Pergerakan harga batu bara kontrak September 2016 kembali ditutup di zona merah pada perdagangan kemarin, Rabu (20/7/2016), menyusul pernyataan China bahwa kenaikan harga yang berlebihan telah melemahkan upaya pemerintah untuk memangkas kapasitas.
Pada perdagangan Rabu, harga batu bara untuk kontrak September 2016, kontrak teraktif di bursa Rotterdam, ditutup melemah 0,84% atau 0,50 poin ke US$59,30/metrik ton.
Harga batu bara kontrak September melemah pada hari ketiga perdagangan setelah berakhir turun 0,73% atau 0,45 poin di posisi 61,45 pada tanggal 18 Juli.
Menurut Wakil Ketua Komisi Reformasi dan Pengembangan Nasional (NDRC) China Lian Weiliang, seperti dikutip Bloomberg kemarin, kenaikan harga batu bara yang berlebihan di China, produsen terbesar di dunia untuk bahan bakar tersebut, melemahkan upaya pemerintah untuk memangkas kelebihan kapasitas dan tidak berkelanjutan dalam menghadapi penurunan permintaan.
Konsumsi batu bara China turun 5,1% menjadi 97,5 juta metrik ton pada paruh pertama tahun ini dibandingkan setahun sebelumnya. Sementara penguatan harga sebelumnya didorong oleh penurunan produksi domestik sebesar 9,7% selama enam bulan pertama tahun ini.
“Harga batu bara seharusnya tidak naik terlalu banyak atau cepat,” papar Lian dalam laporannya.
Harga batu bara acuan di pelabuhan Qinhuangdao, patokan dalam negeri, berada di rata-rata 420 yuan per ton pada hari Minggu, level tertinggi dalam 14 bulan, berdasarkan data China Coal Transport and Distribution Association.
Menurut Citigroup Inc. harga tersebut dapat mencapai 450 yuan (US$67) per ton pada bulan Desember.
Pergerakan harga batu bara kontrak September 2016 di bursa Rotterdam
Tanggal | US$/MT |
20 Juli | 59,30 (-0,84%) |
19 Juli | 59,80 (-2,69%) |
18 Juli | 61,45 (-0,73%) |
15 Juli | 61,90 (+0,98%) |
14 Juli | 61,30 (+0,82%) |
Sumber: Bloomberg